Suatu
pagi, seorang lelaki berkacamata datang ke kampus dengan mengendarai sebuah
mobil berwarna putih dan memakai kemeja lengan panjang berwarna biru muda dan
celana panjang jeans berwarna biru. Namanya Qayyum. Dia adalah mahasiswa
Universitas Jakarta 48 jurusan Sastra Inggris tahun pertama. Tampan, baik, rendah
hati, dan akrab dengan perempuan. Kemudian
Qayyum memarkir mobilnya di parkir kampus dan keluar dari mobilnya. Tak lama
setelah keluar dari mobilnya, Qayyum ditabrak seorang gadis.
“Sorry. Kamu nggak apa-apa?” kata gadis
itu sambil bertanya kepada Qayyum. Gadis itu bernama Melody. Dia adalah
mahasiswi Universitas Jakarta 48 di jurusan yang sama dengan Qayyum dan
memasuki tahun kedua kuliahnya. Cantik, baik, berambut panjang, dan perhatian.
“Nggak
apa-apa, Mel. Hanya kacamataku yang lepas. Kacamataku nggak rusak,” jawab
Qayyum sambil kembali berdiri dan menggunakan kacamatanya. Kemudian Melody
melihat darah di jari manis tangan kiri Qayyum.
“Jari
tangan kiri kamu kenapa?” tanya Melody. Kemudian Qayyum menoleh ke jari tangan
kirinya.
“Jari
manis tangan kiri aku luka,” jawab Qayyum.
“Nggak
usah khawatir, aku bawa plester luka,” kata Melody sambil mengeluarkan plester
lukanya dari tasnya. Lalu Melody mengeratkan plester lukanya di jari manis tangan
kiri Qayyum yang terluka.
“Terima
kasih, Melody,” Qayyum berterima kasih kepada Melody.
“Qayyum
yang ganteng, sekarang kita ke ruang kuliah,” bujuk Melody. Kemudian Melody dan
Qayyum beranjak menuju ruang kuliah.
~~~
Pada
jam istirahat kuliah, Lidya, teman kuliah Qayyum di angkatan yang sama dengan
Qayyum, datang menghampiri Qayyum yang masih duduk di bangku.
“Qayyum,
kamu mau keluar kelas?” tanya Lidya.
“Iya,
Lid. Kenapa?” jawab Qayyum kemudian bertanya.
“Gak
ada apa-apa. Ayo kita keluar kelas sekarang,” bujuk Lidya. Kemudian Lidya dan
Qayyum keluar dari ruang kuliah.
“Qayyum,
kamu suka sama Melody, senior kita? Aku pikir kamu kelihatan akrab sama dia,”
tanya Lidya saat memulai perbincangan dengan Qayyum di taman kampus.
“Iya.
Aku suka sama Melody,” jawab Qayyum.
“Kamu
mau nggak makan siang sama aku?” bujuk Lidya.
“Mau, Lid,” Qayyum menerima bujukan dari Lidya.
Di
kantin kampus, Qayyum dan Lidya sama-sama menyantap masing-masing sepiring nasi
dengan soto ayam. Setelah makan siang, Qayyum dan Lidya membayar makanan yang
disantapnya masing-masing.
“Qayyum,
kita kembali ke ruang kuliah,” ajak Lidya. Kemudian Qayyum dan Lidya pergi
meninggalkan kantin dan kembali ke ruang kuliahnya.
Selepas kuliah, Qayyum
bergegas meninggalkan ruang kuliahnya. Di parkir kampus, Qayyum bertemu dengan
Melody.
“Hai
Melody,” sapa Qayyum.
“Hai
Qayyum,” Melody balas menyapa Qayyum.
“Melody,
habis kuliah kamu mau ke mana?” tanya Qayyum.
“Aku
mau hangout di kafe. Kamu?” jawab
Melody kemudian bertanya.
“Aku
juga mau hangout di kafe,” jawab
Qayyum.
“Kalau
begitu aku jalan duluan. Setelah mobil aku berjalan, kamu ikutin mobil aku
berjalan. Setelah itu, kita sampai di kafe,” kata Melody
sambil memberi petunjuk kepada Qayyum.
“Oke,”
balas Qayyum singkat. Kemudian Melody masuk ke dalam mobilnya yang berwarna biru
dan mobil itu berjalan meninggalkan parkir kampus. Tak lama kemudian, mobil
Qayyum yang berwarna putih juga berjalan meninggalkan parkir kampus mengikuti
mobil Melody berjalan.
Kemudian
Melody memarkir mobilnya di parkir kafe. Tak lama kemudian, Qayyum memarkir
mobilnya di parkir kafe, tepatnya di sebelah mobil Melody.
“Qayyum,
ayo kita ke kafe sekarang,” kata Melody setelah keluar dari mobilnya dan
melihat Qayyum yang masih berada di dalam mobilnya. Lalu, Qayyum keluar dari
dalam mobilnya.
“Ayo,”
balas Qayyum singkat. Kemudian Qayyum dan Melody masuk ke dalam kafe.
“Kamu
mau minum apa?” tanya Melody sambil memegang buku menu kafe dan duduk di kursi
bersama Qayyum.
“Aku
hot cappucinno,” jawab Qayyum.
“Aku
juga hot cappucinno,” Melody memiliki
keinginan yang sama dengan Qayyum.
“Tuan
Muda dan Nona, Anda mau pesan apa?” tanya seorang pelayan wanita kafe.
“Aku
pesan dua hot cappucinno,” jawab
Melody.
“Kamu
suka minum kopi?” tanya Qayyum.
“Suka,”
jawab Melody.
Beberapa
menit kemudian.
“Silahkan
cappucinno-nya,” seorang pelayan
wanita kafe memberikan dua cangkir cappucinno
kepada Qayyum dan Melody.
“Terima
kasih,” balas Qayyum dan Melody setelah mendapatkan secangkir cappucinno-nya masing-masing.
“Kamu
suka hangout-an di kafe selepas
kuliah?” tanya Melody.
“Suka.
Ini baru kedua kalinya aku hangout-an
di kafe selepas kuliah,” jawab Qayyum.
“Aku
sering hangout-an di sini selepas
kuliah,” cerita Melody.
“Kamu
biasanya hangout-an di kafe selepas
kuliah sama siapa?” tanya Qayyum.
“Sendirian,”
jawab Melody. Qayyum dan Melody meluangkan waktu sejenak di kafe selama 15
menit. Setelah itu, Qayyum dan Melody pergi meninggalkan kafe dan akan pulang
ke rumahnya masing-masing.
“Qayyum,
aku pulang dulu ya. Sebelum pulang, aku kasih kartu nama aku untuk kamu,” pamit
Melody sambil memberikan kartu namanya kepada Qayyum.
“Terima
kasih, Melody,” balas Qayyum singkat.
“Sampai
ketemu besok, Qayyum,” balas Melody sambil masuk ke dalam mobilnya. Kemudian
Melody mengendarai mobilnya dan pergi meninggalkan parkir kafe. Tak lama
kemudian, Qayyum juga melakukan hal yang sama dengan Melody.
Pada
sore menjelang Maghrib, Qayyum tiba di rumahnya yang bertingkat dua lantai.
Lalu Qayyum memarkir mobilnya di garasi rumahnya. Tak lama kemudian, Qayyum
masuk ke dalam rumahnya.
“Assalamualaikum,”
Qayyum mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumahnya.
“Waalaikumsalam,”
ibunya Qayyum menjawab salam dari Qayyum.
“Qayyum,
kenapa kamu baru pulang sekarang?” tanya ibu Qayyum.
“Habis
kuliah aku pergi ke kafe, Ma,” jawab Qayyum.
“Kamu
di kafe sama siapa?”
“Sama
Melody, senior aku di kampus, Ma.”
Sementara
itu, Melody tiba di rumahnya pada sore menjelang Maghrib juga.
“Assalamualaikum,”
Melody mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumahnya.
“Waalaikumsalam,”
ibunya Melody menjawab salam dari Melody.
“Ma,
tadi sore aku pergi ke kafe sebelum aku pulang ke sini,” kata Melody.
“Di
kafe kamu ngapain?” tanya ibu Melody.
“Minum
kopi dan ngobrol sama junior aku di kampus. Namanya Qayyum,” jawab Melody.
“Dia
mahasiswa jurusan mana?”
“Qayyum
satu jurusan (Sastra Inggris) sama aku.”
“Habis
itu kamu mandi dan jangan lupa shalat Maghrib,” pesan ibu Melody.
“Iya,
Ma,” balas Melody singkat.
Pada
malam hari, Melody sedang membaca catatan kuliahnya di kamarnya yang terletak
di lantai 2 rumahnya. Tak lama kemudian, Melody mendapat sebuah pesan masuk di smartphone-nya. Kemudian Melody membaca
pesan masuk itu.
Hai Melody
Aku Qayyum. Aku
mahasiswa Universitas Jakarta 48 jurusan Sastra Inggris Angkatan 2014
Kamu masih ingat
kita mengobrol di kafe pada sore hari selepas kuliah?
Kemudian
Melody membalas pesan masuk tersebut.
Aku masih ingat,
Yum. Selamat malam, Qayyum. Sampai ketemu besok.
~~~
Pada
keesokan harinya, Qayyum masuk kuliah. Saat memasuki ruang kuliah, Qayyum tidak
melihat keberadaan Melody di ruangan itu. Kemudian Qayyum duduk di sebuah kursi
sambil menunggu Melody datang ke ruang kuliah. Tak lama kemudian, Melody datang
ke ruang kuliah.
“Hai
Qayyum,” sapa Melody.
“Hai
Melody,” Qayyum balas menyapa Melody.
Pada
jam istirahat kuliah, Qayyum mengajak Melody keluar dari ruang kuliah.
“Melody,
kita keluar yuk,” ajak Qayyum.
“Ayo,”
Melody menerima ajakan dari Qayyum. Kemudian Qayyum dan Melody keluar dari
ruang kuliah.
“Kamu
udah punya pacar belum?” tanya Qayyum saat memulai perbincangan dengan Melody
di taman kampus.
“Belum.
Kamu?” jawab Melody kemudian bertanya.
“Aku
juga belum,” jawab Qayyum.
“Qayyum,
makan siang yuk,” ajak Melody.
“Ayo,”
Qayyum menerima ajakan dari Melody.
Di
kantin kampus, Qayyum dan Melody sama-sama menyantap masing-masing semangkuk
bakso.
“Akhir-akhir
ini aku sering diajak makan sama teman perempuanku,” cerita Qayyum.
“Emangnya
kenapa?” tanya Melody.
“Kemarin
saja aku diajak makan siang sama Lidya. Hari Kamis yang terakhir aku diajak
makan siang sama Michelle,” cerita Qayyum.
“Oh
begitu,” balas Melody singkat.
Setelah
kuliah selesai, hujan turun. Qayyum dan teman sekampusnya menunggu hujan reda
di gedung fakultas sastra lantai 1. Hujan reda satu jam setelah kelas Qayyum
berakhir. Qayyum dan teman-teman sekampusnya mulai meninggalkan gedung fakultas
sastra. Setelah meninggalkan gedung, Qayyum pergi ke
parkir kampus untuk mengendarai mobilnya menuju pulang ke rumah. Sebelum masuk
ke dalam mobil, Qayyum sempat berpamitan dengan Melody di parkir kampus.
“Melody,
aku pulang dulu ya,” pamit Qayyum.
“Hati-hati
di jalan, Yum. Jalanan basah,” pesan Melody. Kemudian Qayyum masuk ke dalam
mobilnya lalu ia mengendarainya dan mobil itu berjalan meninggalkan parkir
kampus. Kemudian Melody melakukan hal yang sama dengan Qayyum.
~~~
Pada
keesokan harinya, Qayyum keluar dari mobilnya setelah ia memarkir mobilnya di
parkir kampus sebelum jam kuliah dimulai. Tak
lama setelah itu, Qayyum melihat seorang gadis yang sepertinya ia kenal di
parkir kampus dan keduanya saling bertatap wajah secara tidak sengaja.
“Qayyum,
kenapa kamu ada di sini?” tanya Melody kaget.
“Melody.
Aku kaget kalau kamu ada di sini,” kata Qayyum kaget.
“Dadaku
terasa sesak jika kamu ada di hadapanku,” kata Melody dalam hati sambil menatap wajah Qayyum dari dekat.
“Aku
tidak menyangka jika kamu ada di hadapanku,” kata Qayyum dalam hati sambil menatap wajah Melody dari dekat.
“Qayyum,
ayo kita ke ruang kuliah sekarang,” ajak Melody.
“Ayo,”
Qayyum menerima ajakan dari Melody. Kemudian Qayyum dan Melody pergi
meninggalkan parkir kampus.
Pada
jam istirahat kuliah, Melody mengajak Qayyum keluar dari ruang kuliah.
“Qayyum,
keluar kelas yuk,” ajak Melody.
“Ayo,”
Qayyum menerima ajakan dari Melody sambil beranjak dari bangkunya.
Di taman kampus.
“Kalau kamu pakai baju
lengan panjang, lengannya gak usah digulung,” kata Melody sambil membuka
gulungan lengan kemeja lengan panjang berwarna abu-abu yang dipakai Qayyum.
“Kenapa, Mel?” tanya Qayyum.
“Aku jarang lihat kamu pakai
baju lengan panjang tanpa menggulung lengan bajumu. Terakhir aku lihat kamu
pakai baju lengan panjang tapi lengannya gak digulung pas ospek,” jawab Melody.
“Kalau begitu aku gulung
lengan baju kamu,” kata Qayyum seraya menggulung lengan kaus lengan panjang berwarna
biru tua
yang dipakai Melody.
“Ih… Kamu…” kata Melody sambil kembali membuka gulungan lengan bajunya.
Setelah jam kuliah selesai,
Qayyum dan Melody jalan bersama ke parkir kampus.
“Qayyum, tanggal 24 nanti
jangan lupa datang ke acara pesta ulang tahun aku di rumahku,” kata Melody
sambil menyerahkan sebuah kartu undangan kepada Qayyum.
“Terima kasih. Aku pasti
datang, Mel,” balas Qayyum setelah mendapatkan sebuah kartu undangan dari
Melody.
“Kutunggu kehadiranmu,”
balas Melody.
~~~
Selasa, 24 Maret 2015.
Pada malam hari, Qayyum
pergi ke rumah Melody untuk mengikuti acara pesta ulang tahun Melody yang
ke-20. Di malam itu, Qayyum memakai kemeja lengan panjang berwarna biru muda
dan celana panjang jeans berwarna biru.
“Selamat ulang tahun,
Melody,” Qayyum mengucapkan selamat ulang tahun kepada Melody.
“Qayyum, aku senang kamu
hadir di acara pesta ulang tahunku,” kata Melody.
“Melody, aku kasih kado ini
hanya untuk kamu,” kata Qayyum sambil menyerahkan sebungkus kado kepada Melody.
“Terima kasih, Qayyum,” Melody
berterima kasih kepada Qayyum setelah mendapatkan sebuah kado ulang tahun dari
Qayyum.
Pesta kelar jam 8 malam.
Sebelum pulang, Qayyum berpamitan kepada Melody.
“Melody, aku pulang dulu ya.
Sampai ketemu besok di kampus,” pamit Qayyum.
“Hati-hati di jalan,” pesan
Melody. Kemudian Qayyum pergi meninggalkan rumah Melody.
Lima menit setelah
meninggalkan rumah Melody, Qayyum dibuat tidak nyaman karena dipanggil seseorang
yang tidak dikenal dari luar mobil yang dikendarainya.
“Hei, cowok muda, keluarlah
dari mobil kamu!” kata lelaki itu dari luar mobil Qayyum.
“Ada apa?” tanya Qayyum
tidak mengerti apa yang dikatakan lelaki itu. Tak lama kemudian, seorang lelaki
membuka mobil Qayyum secara paksa dan mobil itu terbuka. Lalu lelaki itu
memaksa Qayyum keluar dari mobilnya dibantu dengan dua lelaki yang lainnya.
Kemudian sekelompok lelaki berusaha menghabisi Qayyum dengan berbagai cara
seperti melukai wajah dengan menabrakkan pohon dan melukai jari tangan kanan
dengan pisau. Kemudian Qayyum pingsan dengan luka di wajah dan tangan kanannya dan
ketiga lelaki itu kabur dengan mencuri mobil milik Qayyum. Pembegalan tidak
dapat terhindarkan.
~~~
Di rumah sakit.
Qayyum tersadar dari ranjang
rumah sakit dengan kepala, mata kiri, dan tangan kanannya diperban.
“Hah? Aku di mana ini? Ada
apa dengan mata kiriku? Dokter! Suster!” tanya Qayyum sambil memanggil dokter
dan suster dengan suara kencang. Kemudian seorang dokter wanita datang
menghampiri Qayyum di ruang pasien.
“Ada apa?” tanya dokter
wanita itu.
“Dokter, ada apa dengan mata
kiri aku?” tanya Qayyum kepada dokter wanita itu.
“Mata kiri Anda luka,” jawab
dokter wanita itu.
“Kira-kira kapan mata kiri
aku sembuh?”
“Tidak parah. Paling lama
satu minggu.”
“Dokter yakin aku tidak
buta?”
“Tidak.”
“Nama dokter siapa?”
“Nama dokter Jessica
Veranda. Panggil aku Dokter Ve.”
“Namaku Qayyum. Aku mahasiswa
Universitas Jakarta 48. Jurusan Sastra Inggris Angkatan 2014. Salam kenal.”
“Rupanya kamu anak
Universitas Jakarta 48. Waktu aku kuliah, aku kuliah UJKT48 dengan mengambil
jurusan kedokteran,” cerita Ve.
~~~
Pada keesokan harinya, Melody
datang ke rumah sakit untuk menjenguk Qayyum.
“Qayyum, kamu nggak apa-apa
‘kan?” tanya Melody terharu sambil berlari menuju ranjang Qayyum.
“Aku baik-baik saja, Mel.
Hanya mata kiriku yang sakit,” jawab Qayyum.
“Kenapa mata kamu bisa
luka?”
“Mata kiri aku luka karena
dihajar tiga orang pria di jalan raya kemarin malam. Selain melukai mata
kiriku, mereka juga melukai kepalaku dan juga tangan kananku.”
“Kenapa bisa?”
“Pas aku mengendarai mobil
menuju pulang ke rumah, aku dipanggil seseorang yang tidak dikenal di jalan
raya. Setelah itu, aku dipaksa seseorang keluar dari mobilku dan sekelompok
pria melukai beberapa bagian tubuhku.”
“Lalu bagaimana dengan mobil
kamu?”
“Aku tidak tahu mobil aku di
mana. Aku rasa aku jadi korban pembegalan mobil. Akhir-akhir ini banyak kasus
pembegalan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Mereka tidak
hanya merampas kendaraan tetapi juga menghabiskan nyawa orang lain.”
“Oh begitu. Semoga cepat
sembuh ya.” Kemudian Dokter Ve datang di ruang pasien.
“Halo Qayyum, bagaimana
kondisi kamu hari ini?” Dokter Ve menyapa Qayyum dengan ramah.
“Sudah mulai membaik,
Dokter,” jawab Qayyum.
“Obatnya diminum gak?” tanya
Dokter Ve kepada Qayyum.
“Diminum, Dokter,” jawab
Qayyum.
“Qayyum, siapa cewek itu?”
“Ini Melody. Teman kampus
aku dan juga senior aku. Melody satu jurusan sama aku di Sastra Inggris.”
“Oh begitu,” balas Dokter Ve
singkat.
“Nama dokter siapa?” Melody
ingin berkenalan dengan dokter itu.
“Nama dokter Jessica
Veranda. Panggil aku Dokter Ve,” Dokter Ve berkenalan dengan Melody.
“Aku Melody. Aku mahasiswi
Universitas Jakarta 48 jurusan Sastra Inggris angkatan 2013. Salam kenal,”
Melody berkenalan dengan Dokter Ve sambil bersalaman dengannya.
“Melody, Dokter tinggal dulu
ya,” Dokter Ve pamit.
“Iya, Dokter,” balas Melody
singkat. Kemudian Dokter Ve pergi meninggalkan ruang pasien.
“Melody, kamu udah selesai
kuliah?” tanya Qayyum.
“Sudah, Yum,” jawab Melody.
“Selain kehilangan mobil,
aku juga kehilangan kacamata. Sekarang aku nggak bisa melihat kamu dengan
jelas,” cerita Qayyum.
“Oh begitu,” balas Melody
singkat.
~~~
Tiga hari kemudian, Qayyum
diperbolehkan meninggalkan rumah sakit setelah mata kirinya bisa melihat lagi.
Selain itu, kepala dan tangan kanan Qayyum sudah tidak diperban lagi. Di hari
itu, kedua orangtua Qayyum datang ke rumah sakit untuk mengantar Qayyum pulang
ke rumahnya. Tidak hanya kedua orangtua Qayyum, Melody juga datang ke rumah
sakit untuk melihat kondisi Qayyum yang sudah semakin membaik.
“Akhirnya Qayyum sudah
sembuh. Aku senang kalau lihat kamu sudah sehat,” kata Melody senang sambil
melihat Qayyum.
“Terima kasih, Melody. Kamu
sudah memperhatikan aku selama aku dirawat di sini,” Qayyum berterima kasih
kepada Melody.
“Sama-sama. Besok aku mau ke
rumah aku,” balas Melody sambil berjanji kepada Qayyum.
“Oke,” balas Qayyum singkat.
~~~
Pada keesokan harinya, Melody
pergi ke rumah Qayyum dengan mengendarai mobilnya. Setelah tiba di rumah
Qayyum, Melody memencet bel yang terletak di sebelah pintu rumah Qayyum.
“Teng tong!”
“Assalamualaikum,” Melody
mengucapkan salam. Kemudian pintu rumah Qayyum terbuka.
“Waalaikumsalam, Melody.
Silahkan masuk,” Qayyum menjawab salam dari Melody setelah membukakan pintu rumahnya. Lalu
Melody masuk ke dalam rumah Qayyum. Tak lama setelah itu, Melody bersalaman
kepada kedua orangtua Qayyum, lalu Melody duduk di kursi ruang tamu.
“Qayyum, aku bawa cheese sandwich buatan aku. Semoga kamu
suka,” kata Melody sambil memberikan sebuah kotak makanan yang berisi cheese sandwich kepada Qayyum.
“Terima kasih, Melody. Aku
suka makan sandwich seperti ini,” kata
Qayyum setelah menerima dan membuka sebuah kotak makanan yang berisi cheese sandwich dari Melody.
“Qayyum, kamu ganteng banget
pakai kacamata baru,” puji Melody.
“Terima kasih, Melody. Kacamataku
baru beli kemarin selepas pulang dari rumah sakit,” kata Qayyum.
“Oh begitu. Besok kamu bisa
kuliah nggak?” tanya Melody.
“Bisa, Mel,” jawab Qayyum.
“Dimakan cheese sandwich-nya,” Melody
memperbolehkan Qayyum memakan cheese
sandwich darinya. Kemudian Qayyum memakannya.
“Enak,” kata Qayyum setelah
menggigit cheese sandwich dari
Melody.
“Kamu suka sandwich?” tanya Qayyum.
“Suka,” jawab Melody.
“Kamu suka bikin sandwich?”
“Suka.”
~~~
Agustus 2015.
Suatu sore, Qayyum dan
Melody pergi ke taman kampus selepas kuliah.
“Qayyum, aku ingin
mengatakan sesuatu,” kata Melody.
“Apa, Mel?” tanya Qayyum
penasaran.
“Kamu mau ‘kan jadi pacar
aku?” ingin Melody.
“Aku mau jadi pacar kamu.
Karena kamu cantik, baik, dan juga perhatian,” Qayyum menerima keinginan dari
Melody sambil memegang kedua tangan Melody. Kemudian Melody memeluk Qayyum.
“Aku suka sama kamu karena
kamu adalah cowok yang paling sempurna bagiku. Aku cinta sama kamu,” kata
Melody sambil memeluk Qayyum.
“Aku juga cinta sama kamu,” kata
Qayyum sambil memeluk Melody.
~~~
Suatu hari di hari Minggu,
Qayyum dan Melody pergi ke taman. Di hari itu, Qayyum memakai kemeja lengan
panjang berwarna biru dengan menggulung kedua lengan kemeja. Sementara Melody memakai
kardigan berwarna abu-abu dengan dalaman kaus berwarna putih.
“Akhirnya aku sudah punya
pacar setelah sekian lama menanti,” kata Melody setelah penantian itu berakhir.
“Aku juga. Ini baru pertama kali
aku memiliki seorang pacar,” kata Qayyum.
“Oh iya. Kalau kamu sudah
jadi pacar aku, aku ubah penampilan kamu…” kata Melody seraya ingin mengubah
penampilan Qayyum.
“Lepas kacamatamu dan buka
gulungan lengan bajumu,” kata Melody sambil membuka kacamata Qayyum dan
kemudian membuka gulungan lengan kemeja Qayyum yang digulung.
“Tapi, Mel. Kalau aku nggak
pakai ini aku nggak bisa melihat kamu dengan jelas,” kata Qayyum sambil kembali
meraih kacamatanya setelah dilepas Melody.
“Nggak apa-apa, Yum. Kamu ganteng
juga nggak pakai kacamata,” balas Melody. Kemudian Qayyum kembali memakai
kacamatanya.
“Melody, ayo kita makan
siang,” ajak Qayyum.
“Ayo,” Melody menerima
ajakan dari Qayyum. Kemudian Qayyum dan Melody pergi meninggalkan taman.
THE END