Jumat, 04 September 2015

Cinta Sempurna

Suatu pagi, seorang lelaki berkacamata datang ke kampus dengan mengendarai sebuah mobil berwarna putih dan memakai kemeja lengan panjang berwarna biru muda dan celana panjang jeans berwarna biru. Namanya Qayyum. Dia adalah mahasiswa Universitas Jakarta 48 jurusan Sastra Inggris tahun pertama. Tampan, baik, rendah hati, dan akrab dengan perempuan. Kemudian Qayyum memarkir mobilnya di parkir kampus dan keluar dari mobilnya. Tak lama setelah keluar dari mobilnya, Qayyum ditabrak seorang gadis.
Sorry. Kamu nggak apa-apa?” kata gadis itu sambil bertanya kepada Qayyum. Gadis itu bernama Melody. Dia adalah mahasiswi Universitas Jakarta 48 di jurusan yang sama dengan Qayyum dan memasuki tahun kedua kuliahnya. Cantik, baik, berambut panjang, dan perhatian.
“Nggak apa-apa, Mel. Hanya kacamataku yang lepas. Kacamataku nggak rusak,” jawab Qayyum sambil kembali berdiri dan menggunakan kacamatanya. Kemudian Melody melihat darah di jari manis tangan kiri Qayyum.
“Jari tangan kiri kamu kenapa?” tanya Melody. Kemudian Qayyum menoleh ke jari tangan kirinya.
“Jari manis tangan kiri aku luka,” jawab Qayyum.
“Nggak usah khawatir, aku bawa plester luka,” kata Melody sambil mengeluarkan plester lukanya dari tasnya. Lalu Melody mengeratkan plester lukanya di jari manis tangan kiri Qayyum yang terluka.
“Terima kasih, Melody,” Qayyum berterima kasih kepada Melody.
“Qayyum yang ganteng, sekarang kita ke ruang kuliah,” bujuk Melody. Kemudian Melody dan Qayyum beranjak menuju ruang kuliah.
~~~
Pada jam istirahat kuliah, Lidya, teman kuliah Qayyum di angkatan yang sama dengan Qayyum, datang menghampiri Qayyum yang masih duduk di bangku.
“Qayyum, kamu mau keluar kelas?” tanya Lidya.
“Iya, Lid. Kenapa?” jawab Qayyum kemudian bertanya.
“Gak ada apa-apa. Ayo kita keluar kelas sekarang,” bujuk Lidya. Kemudian Lidya dan Qayyum keluar dari ruang kuliah.
“Qayyum, kamu suka sama Melody, senior kita? Aku pikir kamu kelihatan akrab sama dia,” tanya Lidya saat memulai perbincangan dengan Qayyum di taman kampus.
“Iya. Aku suka sama Melody,” jawab Qayyum.
“Kamu mau nggak makan siang sama aku?” bujuk Lidya.
“Mau, Lid,” Qayyum menerima bujukan dari Lidya.
Di kantin kampus, Qayyum dan Lidya sama-sama menyantap masing-masing sepiring nasi dengan soto ayam. Setelah makan siang, Qayyum dan Lidya membayar makanan yang disantapnya masing-masing.
“Qayyum, kita kembali ke ruang kuliah,” ajak Lidya. Kemudian Qayyum dan Lidya pergi meninggalkan kantin dan kembali ke ruang kuliahnya.
Selepas kuliah, Qayyum bergegas meninggalkan ruang kuliahnya. Di parkir kampus, Qayyum bertemu dengan Melody.
“Hai Melody,” sapa Qayyum.
“Hai Qayyum,” Melody balas menyapa Qayyum.
“Melody, habis kuliah kamu mau ke mana?” tanya Qayyum.
“Aku mau hangout di kafe. Kamu?” jawab Melody kemudian bertanya.
“Aku juga mau hangout di kafe,” jawab Qayyum.
“Kalau begitu aku jalan duluan. Setelah mobil aku berjalan, kamu ikutin mobil aku berjalan. Setelah itu, kita sampai di kafe,” kata Melody sambil memberi petunjuk kepada Qayyum.
“Oke,” balas Qayyum singkat. Kemudian Melody masuk ke dalam mobilnya yang berwarna biru dan mobil itu berjalan meninggalkan parkir kampus. Tak lama kemudian, mobil Qayyum yang berwarna putih juga berjalan meninggalkan parkir kampus mengikuti mobil Melody berjalan.
Kemudian Melody memarkir mobilnya di parkir kafe. Tak lama kemudian, Qayyum memarkir mobilnya di parkir kafe, tepatnya di sebelah mobil Melody.
“Qayyum, ayo kita ke kafe sekarang,” kata Melody setelah keluar dari mobilnya dan melihat Qayyum yang masih berada di dalam mobilnya. Lalu, Qayyum keluar dari dalam mobilnya.
“Ayo,” balas Qayyum singkat. Kemudian Qayyum dan Melody masuk ke dalam kafe.
“Kamu mau minum apa?” tanya Melody sambil memegang buku menu kafe dan duduk di kursi bersama Qayyum.
“Aku hot cappucinno,” jawab Qayyum.
“Aku juga hot cappucinno,” Melody memiliki keinginan yang sama dengan Qayyum.
“Tuan Muda dan Nona, Anda mau pesan apa?” tanya seorang pelayan wanita kafe.
“Aku pesan dua hot cappucinno,” jawab Melody.
“Kamu suka minum kopi?” tanya Qayyum.
“Suka,” jawab Melody.
Beberapa menit kemudian.
“Silahkan cappucinno-nya,” seorang pelayan wanita kafe memberikan dua cangkir cappucinno kepada Qayyum dan Melody.
“Terima kasih,” balas Qayyum dan Melody setelah mendapatkan secangkir cappucinno-nya masing-masing.
“Kamu suka hangout-an di kafe selepas kuliah?” tanya Melody.
“Suka. Ini baru kedua kalinya aku hangout-an di kafe selepas kuliah,” jawab Qayyum.
“Aku sering hangout-an di sini selepas kuliah,” cerita Melody.
“Kamu biasanya hangout-an di kafe selepas kuliah sama siapa?” tanya Qayyum.
“Sendirian,” jawab Melody. Qayyum dan Melody meluangkan waktu sejenak di kafe selama 15 menit. Setelah itu, Qayyum dan Melody pergi meninggalkan kafe dan akan pulang ke rumahnya masing-masing.
“Qayyum, aku pulang dulu ya. Sebelum pulang, aku kasih kartu nama aku untuk kamu,” pamit Melody sambil memberikan kartu namanya kepada Qayyum.
“Terima kasih, Melody,” balas Qayyum singkat.
“Sampai ketemu besok, Qayyum,” balas Melody sambil masuk ke dalam mobilnya. Kemudian Melody mengendarai mobilnya dan pergi meninggalkan parkir kafe. Tak lama kemudian, Qayyum juga melakukan hal yang sama dengan Melody.
Pada sore menjelang Maghrib, Qayyum tiba di rumahnya yang bertingkat dua lantai. Lalu Qayyum memarkir mobilnya di garasi rumahnya. Tak lama kemudian, Qayyum masuk ke dalam rumahnya.
“Assalamualaikum,” Qayyum mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumahnya.
“Waalaikumsalam,” ibunya Qayyum menjawab salam dari Qayyum.
“Qayyum, kenapa kamu baru pulang sekarang?” tanya ibu Qayyum.
“Habis kuliah aku pergi ke kafe, Ma,” jawab Qayyum.
“Kamu di kafe sama siapa?”
“Sama Melody, senior aku di kampus, Ma.”
Sementara itu, Melody tiba di rumahnya pada sore menjelang Maghrib juga.
“Assalamualaikum,” Melody mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumahnya.
“Waalaikumsalam,” ibunya Melody menjawab salam dari Melody.
“Ma, tadi sore aku pergi ke kafe sebelum aku pulang ke sini,” kata Melody.
“Di kafe kamu ngapain?” tanya ibu Melody.
“Minum kopi dan ngobrol sama junior aku di kampus. Namanya Qayyum,” jawab Melody.
“Dia mahasiswa jurusan mana?”
“Qayyum satu jurusan (Sastra Inggris) sama aku.”
“Habis itu kamu mandi dan jangan lupa shalat Maghrib,” pesan ibu Melody.
“Iya, Ma,” balas Melody singkat.
Pada malam hari, Melody sedang membaca catatan kuliahnya di kamarnya yang terletak di lantai 2 rumahnya. Tak lama kemudian, Melody mendapat sebuah pesan masuk di smartphone-nya. Kemudian Melody membaca pesan masuk itu.
Hai Melody
Aku Qayyum. Aku mahasiswa Universitas Jakarta 48 jurusan Sastra Inggris Angkatan 2014
Kamu masih ingat kita mengobrol di kafe pada sore hari selepas kuliah?
Kemudian Melody membalas pesan masuk tersebut.
Aku masih ingat, Yum. Selamat malam, Qayyum. Sampai ketemu besok.
~~~
Pada keesokan harinya, Qayyum masuk kuliah. Saat memasuki ruang kuliah, Qayyum tidak melihat keberadaan Melody di ruangan itu. Kemudian Qayyum duduk di sebuah kursi sambil menunggu Melody datang ke ruang kuliah. Tak lama kemudian, Melody datang ke ruang kuliah.
“Hai Qayyum,” sapa Melody.
“Hai Melody,” Qayyum balas menyapa Melody.
Pada jam istirahat kuliah, Qayyum mengajak Melody keluar dari ruang kuliah.
“Melody, kita keluar yuk,” ajak Qayyum.
“Ayo,” Melody menerima ajakan dari Qayyum. Kemudian Qayyum dan Melody keluar dari ruang kuliah.
“Kamu udah punya pacar belum?” tanya Qayyum saat memulai perbincangan dengan Melody di taman kampus.
“Belum. Kamu?” jawab Melody kemudian bertanya.
“Aku juga belum,” jawab Qayyum.
“Qayyum, makan siang yuk,” ajak Melody.
“Ayo,” Qayyum menerima ajakan dari Melody.
Di kantin kampus, Qayyum dan Melody sama-sama menyantap masing-masing semangkuk bakso.
“Akhir-akhir ini aku sering diajak makan sama teman perempuanku,” cerita Qayyum.
“Emangnya kenapa?” tanya Melody.
“Kemarin saja aku diajak makan siang sama Lidya. Hari Kamis yang terakhir aku diajak makan siang sama Michelle,” cerita Qayyum.
“Oh begitu,” balas Melody singkat.
Setelah kuliah selesai, hujan turun. Qayyum dan teman sekampusnya menunggu hujan reda di gedung fakultas sastra lantai 1. Hujan reda satu jam setelah kelas Qayyum berakhir. Qayyum dan teman-teman sekampusnya mulai meninggalkan gedung fakultas sastra. Setelah meninggalkan gedung, Qayyum pergi ke parkir kampus untuk mengendarai mobilnya menuju pulang ke rumah. Sebelum masuk ke dalam mobil, Qayyum sempat berpamitan dengan Melody di parkir kampus.
“Melody, aku pulang dulu ya,” pamit Qayyum.
“Hati-hati di jalan, Yum. Jalanan basah,” pesan Melody. Kemudian Qayyum masuk ke dalam mobilnya lalu ia mengendarainya dan mobil itu berjalan meninggalkan parkir kampus. Kemudian Melody melakukan hal yang sama dengan Qayyum.
~~~
Pada keesokan harinya, Qayyum keluar dari mobilnya setelah ia memarkir mobilnya di parkir kampus sebelum jam kuliah dimulai. Tak lama setelah itu, Qayyum melihat seorang gadis yang sepertinya ia kenal di parkir kampus dan keduanya saling bertatap wajah secara tidak sengaja.
“Qayyum, kenapa kamu ada di sini?” tanya Melody kaget.
“Melody. Aku kaget kalau kamu ada di sini,” kata Qayyum kaget.
“Dadaku terasa sesak jika kamu ada di hadapanku,” kata Melody dalam hati sambil menatap wajah Qayyum dari dekat.
“Aku tidak menyangka jika kamu ada di hadapanku,” kata Qayyum dalam hati sambil menatap wajah Melody dari dekat.
“Qayyum, ayo kita ke ruang kuliah sekarang,” ajak Melody.
“Ayo,” Qayyum menerima ajakan dari Melody. Kemudian Qayyum dan Melody pergi meninggalkan parkir kampus.
Pada jam istirahat kuliah, Melody mengajak Qayyum keluar dari ruang kuliah.
“Qayyum, keluar kelas yuk,” ajak Melody.
“Ayo,” Qayyum menerima ajakan dari Melody sambil beranjak dari bangkunya.
Di taman kampus.
“Kalau kamu pakai baju lengan panjang, lengannya gak usah digulung,” kata Melody sambil membuka gulungan lengan kemeja lengan panjang berwarna abu-abu yang dipakai Qayyum.
“Kenapa, Mel?” tanya Qayyum.
“Aku jarang lihat kamu pakai baju lengan panjang tanpa menggulung lengan bajumu. Terakhir aku lihat kamu pakai baju lengan panjang tapi lengannya gak digulung pas ospek,” jawab Melody.
“Kalau begitu aku gulung lengan baju kamu,” kata Qayyum seraya menggulung lengan kaus lengan panjang berwarna biru tua yang dipakai Melody.
“Ih… Kamu…” kata Melody sambil kembali membuka gulungan lengan bajunya.
Setelah jam kuliah selesai, Qayyum dan Melody jalan bersama ke parkir kampus.
“Qayyum, tanggal 24 nanti jangan lupa datang ke acara pesta ulang tahun aku di rumahku,” kata Melody sambil menyerahkan sebuah kartu undangan kepada Qayyum.
“Terima kasih. Aku pasti datang, Mel,” balas Qayyum setelah mendapatkan sebuah kartu undangan dari Melody.
“Kutunggu kehadiranmu,” balas Melody.
~~~
Selasa, 24 Maret 2015.
Pada malam hari, Qayyum pergi ke rumah Melody untuk mengikuti acara pesta ulang tahun Melody yang ke-20. Di malam itu, Qayyum memakai kemeja lengan panjang berwarna biru muda dan celana panjang jeans berwarna biru.
“Selamat ulang tahun, Melody,” Qayyum mengucapkan selamat ulang tahun kepada Melody.
“Qayyum, aku senang kamu hadir di acara pesta ulang tahunku,” kata Melody.
“Melody, aku kasih kado ini hanya untuk kamu,” kata Qayyum sambil menyerahkan sebungkus kado kepada Melody.
“Terima kasih, Qayyum,” Melody berterima kasih kepada Qayyum setelah mendapatkan sebuah kado ulang tahun dari Qayyum.
Pesta kelar jam 8 malam. Sebelum pulang, Qayyum berpamitan kepada Melody.
“Melody, aku pulang dulu ya. Sampai ketemu besok di kampus,” pamit Qayyum.
“Hati-hati di jalan,” pesan Melody. Kemudian Qayyum pergi meninggalkan rumah Melody.
Lima menit setelah meninggalkan rumah Melody, Qayyum dibuat tidak nyaman karena dipanggil seseorang yang tidak dikenal dari luar mobil yang dikendarainya.
“Hei, cowok muda, keluarlah dari mobil kamu!” kata lelaki itu dari luar mobil Qayyum.
“Ada apa?” tanya Qayyum tidak mengerti apa yang dikatakan lelaki itu. Tak lama kemudian, seorang lelaki membuka mobil Qayyum secara paksa dan mobil itu terbuka. Lalu lelaki itu memaksa Qayyum keluar dari mobilnya dibantu dengan dua lelaki yang lainnya. Kemudian sekelompok lelaki berusaha menghabisi Qayyum dengan berbagai cara seperti melukai wajah dengan menabrakkan pohon dan melukai jari tangan kanan dengan pisau. Kemudian Qayyum pingsan dengan luka di wajah dan tangan kanannya dan ketiga lelaki itu kabur dengan mencuri mobil milik Qayyum. Pembegalan tidak dapat terhindarkan.
~~~
Di rumah sakit.
Qayyum tersadar dari ranjang rumah sakit dengan kepala, mata kiri, dan tangan kanannya diperban.
“Hah? Aku di mana ini? Ada apa dengan mata kiriku? Dokter! Suster!” tanya Qayyum sambil memanggil dokter dan suster dengan suara kencang. Kemudian seorang dokter wanita datang menghampiri Qayyum di ruang pasien.
“Ada apa?” tanya dokter wanita itu.
“Dokter, ada apa dengan mata kiri aku?” tanya Qayyum kepada dokter wanita itu.
“Mata kiri Anda luka,” jawab dokter wanita itu.
“Kira-kira kapan mata kiri aku sembuh?”
“Tidak parah. Paling lama satu minggu.”
“Dokter yakin aku tidak buta?”
“Tidak.”
“Nama dokter siapa?”
“Nama dokter Jessica Veranda. Panggil aku Dokter Ve.”
“Namaku Qayyum. Aku mahasiswa Universitas Jakarta 48. Jurusan Sastra Inggris Angkatan 2014. Salam kenal.”
“Rupanya kamu anak Universitas Jakarta 48. Waktu aku kuliah, aku kuliah UJKT48 dengan mengambil jurusan kedokteran,” cerita Ve.
~~~
Pada keesokan harinya, Melody datang ke rumah sakit untuk menjenguk Qayyum.
“Qayyum, kamu nggak apa-apa ‘kan?” tanya Melody terharu sambil berlari menuju ranjang Qayyum.
“Aku baik-baik saja, Mel. Hanya mata kiriku yang sakit,” jawab Qayyum.
“Kenapa mata kamu bisa luka?”
“Mata kiri aku luka karena dihajar tiga orang pria di jalan raya kemarin malam. Selain melukai mata kiriku, mereka juga melukai kepalaku dan juga tangan kananku.”
“Kenapa bisa?”
“Pas aku mengendarai mobil menuju pulang ke rumah, aku dipanggil seseorang yang tidak dikenal di jalan raya. Setelah itu, aku dipaksa seseorang keluar dari mobilku dan sekelompok pria melukai beberapa bagian tubuhku.”
“Lalu bagaimana dengan mobil kamu?”
“Aku tidak tahu mobil aku di mana. Aku rasa aku jadi korban pembegalan mobil. Akhir-akhir ini banyak kasus pembegalan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Mereka tidak hanya merampas kendaraan tetapi juga menghabiskan nyawa orang lain.”
“Oh begitu. Semoga cepat sembuh ya.” Kemudian Dokter Ve datang di ruang pasien.
“Halo Qayyum, bagaimana kondisi kamu hari ini?” Dokter Ve menyapa Qayyum dengan ramah.
“Sudah mulai membaik, Dokter,” jawab Qayyum.
“Obatnya diminum gak?” tanya Dokter Ve kepada Qayyum.
“Diminum, Dokter,” jawab Qayyum.
“Qayyum, siapa cewek itu?”
“Ini Melody. Teman kampus aku dan juga senior aku. Melody satu jurusan sama aku di Sastra Inggris.”
“Oh begitu,” balas Dokter Ve singkat.
“Nama dokter siapa?” Melody ingin berkenalan dengan dokter itu.
“Nama dokter Jessica Veranda. Panggil aku Dokter Ve,” Dokter Ve berkenalan dengan Melody.
“Aku Melody. Aku mahasiswi Universitas Jakarta 48 jurusan Sastra Inggris angkatan 2013. Salam kenal,” Melody berkenalan dengan Dokter Ve sambil bersalaman dengannya.
“Melody, Dokter tinggal dulu ya,” Dokter Ve pamit.
“Iya, Dokter,” balas Melody singkat. Kemudian Dokter Ve pergi meninggalkan ruang pasien.
“Melody, kamu udah selesai kuliah?” tanya Qayyum.
“Sudah, Yum,” jawab Melody.
“Selain kehilangan mobil, aku juga kehilangan kacamata. Sekarang aku nggak bisa melihat kamu dengan jelas,” cerita Qayyum.
“Oh begitu,” balas Melody singkat.
~~~
Tiga hari kemudian, Qayyum diperbolehkan meninggalkan rumah sakit setelah mata kirinya bisa melihat lagi. Selain itu, kepala dan tangan kanan Qayyum sudah tidak diperban lagi. Di hari itu, kedua orangtua Qayyum datang ke rumah sakit untuk mengantar Qayyum pulang ke rumahnya. Tidak hanya kedua orangtua Qayyum, Melody juga datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi Qayyum yang sudah semakin membaik.
“Akhirnya Qayyum sudah sembuh. Aku senang kalau lihat kamu sudah sehat,” kata Melody senang sambil melihat Qayyum.
“Terima kasih, Melody. Kamu sudah memperhatikan aku selama aku dirawat di sini,” Qayyum berterima kasih kepada Melody.
“Sama-sama. Besok aku mau ke rumah aku,” balas Melody sambil berjanji kepada Qayyum.
“Oke,” balas Qayyum singkat.
~~~
Pada keesokan harinya, Melody pergi ke rumah Qayyum dengan mengendarai mobilnya. Setelah tiba di rumah Qayyum, Melody memencet bel yang terletak di sebelah pintu rumah Qayyum.
“Teng tong!”
“Assalamualaikum,” Melody mengucapkan salam. Kemudian pintu rumah Qayyum terbuka.
“Waalaikumsalam, Melody. Silahkan masuk,” Qayyum menjawab salam dari Melody setelah membukakan pintu rumahnya. Lalu Melody masuk ke dalam rumah Qayyum. Tak lama setelah itu, Melody bersalaman kepada kedua orangtua Qayyum, lalu Melody duduk di kursi ruang tamu.
“Qayyum, aku bawa cheese sandwich buatan aku. Semoga kamu suka,” kata Melody sambil memberikan sebuah kotak makanan yang berisi cheese sandwich kepada Qayyum.
“Terima kasih, Melody. Aku suka makan sandwich seperti ini,” kata Qayyum setelah menerima dan membuka sebuah kotak makanan yang berisi cheese sandwich dari Melody.
“Qayyum, kamu ganteng banget pakai kacamata baru,” puji Melody.
“Terima kasih, Melody. Kacamataku baru beli kemarin selepas pulang dari rumah sakit,” kata Qayyum.
“Oh begitu. Besok kamu bisa kuliah nggak?” tanya Melody.
“Bisa, Mel,” jawab Qayyum.
“Dimakan cheese sandwich-nya,” Melody memperbolehkan Qayyum memakan cheese sandwich darinya. Kemudian Qayyum memakannya.
“Enak,” kata Qayyum setelah menggigit cheese sandwich dari Melody.
“Kamu suka sandwich?” tanya Qayyum.
“Suka,” jawab Melody.
“Kamu suka bikin sandwich?”
“Suka.”
~~~
Agustus 2015.
Suatu sore, Qayyum dan Melody pergi ke taman kampus selepas kuliah.
“Qayyum, aku ingin mengatakan sesuatu,” kata Melody.
“Apa, Mel?” tanya Qayyum penasaran.
“Kamu mau ‘kan jadi pacar aku?” ingin Melody.
“Aku mau jadi pacar kamu. Karena kamu cantik, baik, dan juga perhatian,” Qayyum menerima keinginan dari Melody sambil memegang kedua tangan Melody. Kemudian Melody memeluk Qayyum.
“Aku suka sama kamu karena kamu adalah cowok yang paling sempurna bagiku. Aku cinta sama kamu,” kata Melody sambil memeluk Qayyum.
“Aku juga cinta sama kamu,” kata Qayyum sambil memeluk Melody.
~~~
Suatu hari di hari Minggu, Qayyum dan Melody pergi ke taman. Di hari itu, Qayyum memakai kemeja lengan panjang berwarna biru dengan menggulung kedua lengan kemeja. Sementara Melody memakai kardigan berwarna abu-abu dengan dalaman kaus berwarna putih.
“Akhirnya aku sudah punya pacar setelah sekian lama menanti,” kata Melody setelah penantian itu berakhir.
“Aku juga. Ini baru pertama kali aku memiliki seorang pacar,” kata Qayyum.
“Oh iya. Kalau kamu sudah jadi pacar aku, aku ubah penampilan kamu…” kata Melody seraya ingin mengubah penampilan Qayyum.
“Lepas kacamatamu dan buka gulungan lengan bajumu,” kata Melody sambil membuka kacamata Qayyum dan kemudian membuka gulungan lengan kemeja Qayyum yang digulung.
“Tapi, Mel. Kalau aku nggak pakai ini aku nggak bisa melihat kamu dengan jelas,” kata Qayyum sambil kembali meraih kacamatanya setelah dilepas Melody.
“Nggak apa-apa, Yum. Kamu ganteng juga nggak pakai kacamata,” balas Melody. Kemudian Qayyum kembali memakai kacamatanya.
“Melody, ayo kita makan siang,” ajak Qayyum.
“Ayo,” Melody menerima ajakan dari Qayyum. Kemudian Qayyum dan Melody pergi meninggalkan taman.

THE END