Suatu hari di
sekolah, Melody mengejar Qayyum yang kabur dari taman setelah Qayyum mendengar
ucapan Melody yang membuat Qayyum merasa malu-malu. Sampai akhirnya, Qayyum masuk
ke dalam ruang kelas XI-IPS1 dan Melody juga masuk ke dalam ruang kelas XI-IPS1.
“Qayyum, tadi
kenapa kamu kabur?” tanya Melody.
“Aku kabur
karena aku tidak kuat mendengar ucapan darimu ketika kita mengobrol di taman.
Ucapanmu sangat menggoda,” jawab Qayyum.
“Terima kasih
Qayyum. Ucapanku kepadamu di taman tadi karena aku ingin mengungkapkan rasa
sayang kepadamu,” balas Melody.
“Jadi Melody
suka sama Qayyum?” tanya salah satu murid perempuan kelas XI-IPS1.
“Ciee… Ciee… Melody
suka sama Qayyum…” kata salah satu murid perempuan kelas XI-IPS1 yang lainnya.
“Bisa saja
kalian,” balas Melody setelah mendengar ucapan dari beberapa murid perempuan
kelas XI-IPS1.
“Melody beneran
suka sama Qayyum? Tidak mungkin. Pokoknya, aku tetap akan menyukai Qayyum
sampai kapan pun,” kata Dhike dalam hati saat melihat Qayyum sangat akrab
dengan Melody.
~~~
Pada malam hari,
ketika Qayyum sedang menonton televisi di rumah ada panggilan telepon dari HP
Qayyum. Dengan segera, Qayyum mengambil HP-nya di sofa ruang keluarga. Di layar
HP, tertulis nama Melody dan Qayyum segera mengangkat telepon dari Melody.
“Halo,” kata
Qayyum.
“Hai Qayyum. Apa
kabar?” Melody menyapa Qayyum dengan suara manis.
“Baik.
Alhamdulillah,” jawab Qayyum.
“Kamu lagi
ngapain?” tanya Melody.
“Aku lagi nonton
TV. Kamu lagi ngapain?” Qayyum menjawab kemudian bertanya.
“Aku lagi di
balkon rumah lantai 2,” jawab Melody.
“Kamu sudah
makan belum?” tanya Qayyum.
“Sudah Qayyum.
Kamu?” Melody menjawab kemudian bertanya.
“Aku sudah,”
jawab Qayyum.
“Kamu sudah
shalat Isya belum?” tanya Qayyum.
“Belum. Kamu?”
Melody menjawab kemudian bertanya.
“Aku juga
belum,” jawab Qayyum.
“Jangan lupa
shalat ya,” Melody berpesan kepada Qayyum.
“Iya, Mel. Aku
tidak akan lupa untuk menjalankan ibadah shalat,” balas Qayyum.
“Bagus,” balas
Melody.
“Melody, udahan
dulu ya,” kata Qayyum sebelum mengakhiri telepon dengan Melody.
“Oke,” balas
Melody. Kemudian Melody mematikan telepon dari Qayyum.
~~~
Pada keesokan
harinya di sekolah tepatnya pada jam istirahat. Dhike menghampiri Qayyum di
ruang kelas XI-IPS1. Namun di samping Qayyum ada pula Melody.
“Qayyum, apakah benar
Melody sangat menyukai kamu?” tanya Dhike.
“Betul. Melody
sangat menyukai aku,” jawab Qayyum. Tak lama setelah Qayyum menjawab pertanyaan
dari Dhike, Dhike langsung pergi meninggalkan Qayyum dan Melody. Setelah itu,
Qayyum juga pergi untuk mengikuti langkah Dhike. Diikuti Melody yang juga pergi
untuk mengikuti langkah Qayyum. Qayyum menemui Dhike di sebuah koridor.
“Dhike, kenapa
kamu pergi meninggalkan aku begitu saja?” tanya Qayyum.
“Aku kesal karena
Melody benar-benar menyukai kamu,” jawab Dhike.
“Kamu jangan
terlalu kesal kalau dia benar-benar menyukaiku. Melody itu teman kamu juga.
Jadi, lebih baik kamu jangan terlalu kesal jika kamu melihat Melody sedang
akrab denganku,” nasehat Qayyum. Sementara Melody juga melihat Qayyum dan Dhike
di koridor. Melody memperhatikan ucapan dari Qayyum kepada Dhike.
“Ternyata Qayyum
juga pandai menasehati orang lain seperti aku,” kata Melody.
“Maafkan aku,
Yum. Aku tidak ingin menyesal lagi ketika aku melihat kamu akrab dengan
Melody,” balas Dhike.
“Nah, ini baru
namanya teman. Sebaiknya, kamu jangan kesal dengan apa yang teman kamu perbuat seperti
kamu kesal karena aku akrab dengan Melody,” balas Qayyum.
“Aku mengerti,”
balas Dhike.
~~~
“Hai Qayyum,” Dhike
menyapa Qayyum yang sedang duduk di bangkunya dari belakang saat jam istirahat
sekolah di ruang kelas XI-IPS1.
“Dhike,” balas
Qayyum.
“Qayyum, ke
kantin yuk,” bujuk Dhike.
“Bisa,” jawab
Qayyum. Kemudian Qayyum dan Dhike pergi meninggalkan ruang kelas XI-IPS1.
Sementara Melody juga pergi mengikuti langkah Qayyum dan Dhike.
“Kenapa Melody
sangat menyukaimu?” tanya Dhike sambil mengaduk jus mangga.
“Melody sangat
menyukai aku karena aku tampan. Dia sangat tergila-gila padaku sampai membuatku
merasa malu-malu,” jawab Qayyum.
“Kalau kamu
sangat digilai sama cewek, kamu jangan merasa malu-malu. Kamu harus pede kalau kamu
melihat cewek yang sangat menyukai kamu,” balas Dhike.
“Aku yakin.
Suatu saat nanti, aku tidak akan menjadi sosok yang pemalu lagi.”
“Aku percaya dengan
kata-katamu.”
“Kalau di rumah,
biasanya ngapain?” tanya Dhike.
“Kalau di rumah
biasanya aku baca, internetan, dan menonton. Kalau kamu?” Qayyum menjawab
kemudian bertanya.
“Kalau di rumah
biasanya aku baca buku,” jawab Dhike.
“Rupanya Qayyum
sedang asyik mengobrol dengan Dhike,” kata Melody saat melihat Qayyum dan Dhike
sedang mengobrol berduaan di kantin.
“Melody,” Qayyum
menyapa Melody ketika ia baru saja masuk ke ruang kelas XI-IPS1 bersama Dhike.
“Qayyum,” balas
Melody. Kemudian Melody murung.
“Melody, kenapa
kamu murung?” tanya Qayyum saat melihat wajah Melody yang murung.
“Aku murung
karena aku melihat kamu akrab dengan Dhike saat mengobrol di kantin,” jawab
Melody.
“Kamu cemburu
tidak?”
“Tidak. Aku
tidak akan cemburu jika kamu berada di samping cewek lain.”
“Yakin?” tanya
Qayyum tidak percaya.
“Yakin,” jawab
Melody singkat.
Pada malam hari
setelah makan malam, Qayyum tidak beranjak dari kursi ruang makan karena sedang
melamunkan sesuatu.
“Qayyum, kenapa
kamu melamun?” tanya Rica saat melihat Qayyum yang sedang melamun sambil duduk
di kursi ruang makan.
“Aku bingung mau
pilih cewek. Yang satu, namanya Melody. Yang satu lagi, namanya Dhike. Mereka
adalah teman sekelasku di kelas XI-IPS1. Mereka sama-sama menyukai aku. Dan mereka
sama-sama cantik. Sebenarnya, aku lebih suka memilih Melody karena dia adalah
tipe cewek aku,” jawab Qayyum.
“Tipe cewek aku
adalah cantik, putih, dewasa, dan feminin. Melody itu adalah cewek yang cantik,
berkulit putih, dewasa berdasarkan kelakuannya, dan feminin. Jadi, Melody
adalah cewek yang memenuhi kriteria sebagai cewek aku,” lanjut Qayyum.
“Tapi aku merasa
malu-malu ketika aku sedang berada di dekat Melody,” lanjut Qayyum.
“Kamu jangan
merasa malu-malu ketika kamu sedang berada di dekat Melody. Kamu harus pede
kalau kamu sedang berada di dekat Melody,” nasehat Rica.
“Aku yakin.
Suatu saat nanti, aku tidak akan menjadi sosok yang pemalu lagi,” balas Qayyum.
“Oke. Kakak
setuju,” balas Rica.
~~~
Pada keesokan
harinya di sekolah, tepatnya pada jam istirahat. Qayyum menghampiri Melody yang
sedang duduk di bangku kelasnya.
“Melody,” Qayyum
menyapa Melody.
“Qayyum,” balas
Melody.
“Qayyum,” Dhike
juga memanggil Qayyum.
“Dhike, kenapa
kamu juga ada di sampingku?” tanya Qayyum.
“Aku pengen
dekat sama kamu,” jawab Dhike.
“Aku pengen
banget jadi pacar kamu,” kata Melody menggoda.
“Aku jadi
bingung. Aku mau pilih siapa. Melody atau Dhike?” kata Qayyum bingung.
“Aku suka sama
kamu,” kata Dhike.
“Aku juga suka
sama kamu,” kata Melody.
“Aku!”
“Aku!”
“Daripada lihat
Melody dan Dhike berantem. Mending kabur ah,” kata Qayyum sambil melangkah
pergi meninggalkan ruang kelas XI-IPS1.
“Lho, Qayyum ke mana?”
tanya Melody yang tidak sadar bahwa Qayyum ‘menghilang’ dari ruang kelas
XI-IPS1.
“Aku juga tidak
tahu kalau Qayyum sudah kabur di ruangan ini,” jawab Dhike.
“Si Qayyum kabur
karena dia tidak mau melihat Melody dan Dhike berantem,” jawab salah satu murid
laki-laki kelas XI-IPS1.
“Si Qayyum kabur.
Jadi, apa yang kita lakukan?” tanya Melody.
“Kita harus cari
dia. Kamu cari dia di luar sekolah seperti taman dan kantin. Sedangkan aku cari
Qayyum di dalam sekolah seperti koridor dan perpustakaan,” jawab Dhike.
Kemudian Melody dan Dhike pergi meninggalkan ruang kelas XI-IPS1 untuk menemui
Qayyum. Melody mencari Qayyum di luar sekolah seperti taman dan kantin.
Sementara Dhike mencari Qayyum di dalam sekolah seperti koridor dan perpustakaan.
Sementara itu,
di perpustakaan. Qayyum sedang membaca sebuah majalah yang tersedia di
perpustakaan. Beberapa menit kemudian, Dhike datang menemui Qayyum di
perpustakaan.
“Qayyum, kenapa
kamu ada di sini?” tanya Dhike setelah menemukan Qayyum di perpustakaan.
“Aku di sini
karena aku suka membaca di perpustakaan saat jam istirahat. Karena aku pemalu,
aku lebih suka menghabiskan waktu istirahat dengan membaca buku di perpustakaan.
Terkadang pula, aku juga makan dan minum di kantin dan bermain bersama teman di
taman,” jawab Qayyum.
“Qayyum ke mana
ya? Udah keliling luar sekolah tidak ketemu juga. Aku capek…” kata Melody kelelahan
setelah mencari Qayyum di luar sekolah.
“Habis itu, aku
mau balik ke kelas saja,” lanjut Melody.
“Qayyum, kita
kembali ke kelas. Waktu istirahat hampir selesai,” Dhike menyuruh Qayyum
kembali ke kelas bersama Dhike.
“Oke,” balas
Qayyum singkat. Kemudian Qayyum dan Dhike pergi meninggalkan perpustakaan dan
kembali ke ruang kelas XI-IPS1. Setelah Qayyum dan Dhike masuk ke ruang kelas
XI-IPS1, mereka bertemu dengan Melody yang sedang duduk lemas di bangkunya.
“Mel, kamu
kenapa?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Qayyum, kamu
dari mana saja?” Melody balik bertanya kepada Qayyum.
“Aku tadi ke
perpustakaan. Baca buku. Sebenarnya, kamu kenapa bisa lelah seperti ini?”
Qayyum menjawab kemudian bertanya.
“Aku lelah
karena aku mencari kamu di sekeliling luar sekolah. Ternyata kamu tidak ada di
sekeliling luar sekolah. Akhirnya, aku bertemu denganmu di sini,” jawab Melody
dengan tubuh lemas.
“Melody, kamu jangan
lelah seperti ini. Kita masih banyak pelajaran yang belum kita pelajari untuk
hari ini. Kamu harus semangat dan hilangkan rasa lelah yang ada di pikiranmu,”
nasehat Qayyum.
“Aku jadi lebih
semangat lagi jika aku mendengar ucapan darimu,” Melody jadi lebih semangat setelah
mendengar ucapan dari Qayyum.
“Nah, gitu dong.
Kamu harus semangat di saat kamu lelah,” balas Qayyum.
“Oke, semangat!”
balas Melody sambil mengangkat tinju ke udara.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar