Suatu hari di
malam hari, Qayyum menelpon Melody ketika Qayyum sedang berada di rumahnya.
Beberapa detik kemudian, Melody mengangkat telepon dari Qayyum.
“Halo Qayyum,”
sapa Melody.
“Melody,” Qayyum
menyebut nama Melody.
“Hari Minggu
nanti, aku mau ke rumah kamu,” Qayyum berencana akan mengunjungi rumah Melody
pada hari Minggu nanti.
“Boleh. Kamu
sudah minta izin ke orangtua belum?” tanya Melody.
“Sudah,” jawab
Qayyum.
“Qayyum, kamu
sudah makan belum?” tanya Melody lagi.
“Sudah. Kamu?”
Qayyum menjawab kemudian bertanya.
“Sudah,” jawab
Melody.
“Kamu lagi
ngapain?” tanya Qayyum.
“Aku lagi
tidur-tiduran di kamar. Kamu?” Melody menjawab kemudian bertanya.
“Aku lagi duduk di
balkon,” jawab Qayyum.
“Hari Minggu
nanti, aku juga bawa kado untuk kamu,” Qayyum berencana akan membawa kado untuk
Melody pada hari Minggu nanti ketika ia pergi ke rumah Melody.
“Beneran nih?”
tanya Melody tidak percaya.
“Beneran,” jawab
Qayyum singkat.
“Apa?” tanya
Melody penasaran.
“Rahasia. Kalau
dikasih tahu sekarang bukan kejutan namanya,” jawab Qayyum.
“Oke,” balas
Melody.
“Mel, udahan
dulu teleponnya. Kita harus hemat pulsa. Sampai jumpa di sekolah,” Qayyum akan
mengakhiri telepon dengan Melody.
“Sama-sama,”
balas Melody. Kemudian Qayyum mematikan telepon dari Melody.
~~~
Pada keesokan
hari di sekolah, tepatnya pada jam istirahat pertama. Qayyum mengobrol dengan
Melody di lapangan sekolah. Di hari itu, Qayyum dan Melody terlihat membawa
tasnya masing-masing.
“Qayyum, hari
ini kamu ekskul menulis tidak?” tanya Melody.
“Tentu. Aku
tidak akan pernah melewatkan ekskul menulis karena menulis adalah bagian dari
hidupku,” jawab Qayyum.
“Bagus dong,”
balas Melody.
“Kamu ekskul
musik tidak?” tanya Qayyum.
“Iya,” jawab
Melody singkat.
“Kamu lebih suka
lihat wajahku dengan kacamata atau tanpa kacamata?” tanya Qayyum.
“Kamu tampan
ketika kamu memakai kacamata. Tapi sekarang kamu coba lepas kacamatanya,” Melody
menjawab kemudian menyuruh Qayyum melepas kacamatanya. Lalu Qayyum melepas
kacamatanya.
“Kamu tampan
juga ketika kamu tidak memakai kacamata,” kata Melody setelah melihat wajah
Qayyum tanpa kacamata.
“Benar juga.
Tapi aku tidak bisa melihat wajahmu dengan jelas tanpa kacamata,” balas Qayyum.
“Kalau kamu
ingin melihat wajah aku dengan jelas, kamu pakai lagi kacamatanya,” Melody
menyuruh Qayyum kembali memakai kacamatanya. Dan Qayyum kembali menggunakan
kacamatanya.
“Kamu terlihat
cantik hari ini,” kata Qayyum setelah melihat wajah Melody dengan menggunakan
kacamatanya.
“Terima kasih,”
balas Melody.
“Oh iya, aku duluan
ya. Soalnya aku mau ikut ekskul menulis,” Qayyum pamit.
“Sama-sama,”
balas Melody singkat. Kemudian Qayyum pergi meninggalkan lapangan sekolah.
~~~
Suatu hari di
hari Minggu, Qayyum datang ke rumah Melody. Di hari itu, Qayyum memakai kemeja
lengan panjang kotak-kotak berwarna biru dan celana panjang jins warna biru.
Selain itu, Qayyum juga membawa sebuah kantong plastik berisi berwarna putih.
“Teng tong,”
Qayyum memencet bel rumah Melody. Kemudian seseorang membukakan pintu rumah
Melody. Dan, yang membukakan pintu rumah adalah Melody. Di hari itu, Melody memakai
kaus lengan pendek berwarna putih dan celana panjang jins warna biru.
“Assalamualaikum,”
Qayyum menyapa Melody dengan salam.
“Waalaikumsalam,”
Melody menjawab salam dari Qayyum.
“Silahkan
masuk,” Melody mempersilahkan Qayyum masuk ke dalam rumah Melody. Setelah
Qayyum masuk ke dalam rumah Melody, Qayyum mengikuti Melody sampai ke ruang
keluarga. Di ruang keluarga, ada pula Frieska; adik Melody, dan kedua orangtua
Melody. Setelah itu, Qayyum menyalami Frieska dan kedua orangtua Melody.
“Bang Qayyum,”
Frieska memanggil Qayyum.
“Frieska. Aku
Bang Qayyum. Abang teman sekelas Kak Melody di kelas XI-IPS1,” balas Qayyum
sambil memperkenalkan dirinya kepada Frieska.
“Qayyum.
Frieska. Kita ngobrol di taman,” Melody akan mengobrol dengan Qayyum dan
Frieska di taman.
“Melody, aku
bawa ini untuk kamu,” kata Qayyum sambil menyerahkan kantong plastik berisi berwarna
putih kepada Melody ketika Qayyum duduk di taman bersama Melody dan Frieska.
“Qayyum, kamu
baik sekali. Aku tidak berkata apa-apa selain kamu berbaik hati kepadaku,” kata
Melody setelah menerima kantong plastik berisi berwarna putih.
“Coba kamu lihat
sesuatu di dalam kantong plastik,” Qayyum menyuruh Melody melihat sesuatu di
dalam kantong plastik berwarna putih. Setelah itu, Melody mengeluarkan sesuatu
dari kantong plastik berwarna putih. Dan, sesuatu yang keluar dari kantong
plastik berwarna putih adalah sebuah kemeja lengan panjang berwarna putih polos
dan sehelai kertas kecil.
“Coba kamu baca
surat dari aku di kertas kecilnya,” Qayyum menyuruh Melody membaca sebuah surat
dari Qayyum di kertas kecil dari kantong plastik berwarna putih. Lalu Melody
membaca sebuah surat di kertas kecil.
Melody
Aku beli kemeja ini untuk kamu karena aku ingin melihat
kamu terlihat modis dan anggun dengan memakai kemeja putih ini.
Qayyum
“Terima kasih
Qayyum. Aku suka dengan kemeja ini,” Melody suka dengan kemeja lengan panjang
berwarna putih yang diberi oleh Qayyum.
“Sama-sama,”
balas Qayyum singkat.
“Coba kamu pakai
kemeja putih yang aku kasih,” Qayyum menyuruh Melody memakai kemeja lengan
panjang berwarna putih yang diberi oleh Qayyum. Kemudian Melody memakai kemeja
pemberian dari Qayyum.
“Kamu terlihat
cantik, modis, dan anggun ketika kamu memakai kemeja putih yang aku kasih,”
puji Qayyum setelah melihat Melody memakai kemeja lengan panjang berwarna putih
yang diberi oleh Qayyum.
“Kemeja kakak
bagus sekali. Cocok sekali untuk kakak,” puji Frieska setelah melihat Melody
memakai kemeja lengan panjang berwarna putih yang diberi oleh Qayyum.
“Terima kasih
Qayyum dan Frieska,” Melody membalas ucapan dari Qayyum dan Frieska dengan rasa
terima kasih.
“Qayyum.
Frieska. Aku mau ke kamar dulu. Mau simpan kemeja aku,” Melody akan pergi ke
kamarnya untuk menyimpan kemeja pemberian dari Qayyum. Beberapa saat kemudian,
Melody kembali ke taman.
“Selamat datang
kembali,” kata Melody setelah kembali berkumpul di taman bersama Qayyum dan
Frieska.
“Oh iya. Ada apa
Qayyum?” Melody menanyakan sesuatu kepada Qayyum.
“Aku mau cerita sesuatu
kepadamu,” Qayyum akan menceritakan sesuatu kepada Melody.
“Boleh,” balas
Melody.
“Ceritanya
begini. Aku pakai kacamata karena mataku minus. Mataku minus 2. Aku
mengalaminya sejak aku masih duduk di bangku kelas IX SMP. Mataku minus karena
aku sering berada di depan komputer terlalu lama dan sering menonton TV terlalu
dekat. Aku sempat kecewa dan putus asa karena mataku divonis rabun jauh. Meski
begitu, aku mengikuti kata-kata dokter mata dengan menyarankan aku untuk
memakai kacamata sebagai alat bantu penglihatan aku. Tapi rasa percaya diri aku
masih ada bahkan menambah. Setelah pertama kali aku memakai kacamata, aku masih
terlihat tampan dengan menggunakan kacamata. Setelah itu, aku lebih suka
memakai kacamata di segala aktivitas kecuali dalam aktivitas tertentu seperti
mandi, tidur, dll.,” cerita Qayyum.
“Sebaiknya kamu
jangan putus asa jika kamu divonis rabun jauh pada waktu itu. Itu bukan akhir
dari segalanya,” Melody menasehati Qayyum.
“Aku mengerti.
Aku divonis rabun jauh bukan akhir dari segalanya bagiku. Aku sempat putus asa
karena penyakit itu tapi aku selalu berusaha untuk pantang menyerah hingga saat
ini,” balas Qayyum.
“Oh iya, sudah
jam 12 siang. Kita harus shalat zuhur habis itu makan siang,” kata Melody
sambil melihat jam di HP-nya.
“Melody,
bagaimana kita ngobrolnya setelah kita shalat zuhur dan makan siang?” Qayyum
mendapatkan ide dan berkata kepada Melody.
“Betul. Ini ide
yang terbaik. Kita akan mengobrol kembali setelah kita shalat zuhur dan makan
siang,” Melody menyetujui ide dari Qayyum.
“Qayyum.
Frieska. Kita shalat zuhur habis itu kita makan siang,” perintah Melody kepada
Qayyum dan Frieska. Lalu Melody, Qayyum, dan Frieska masuk ke dalam rumah
Melody.
Sesaat setelah
Qayyum, Melody, dan Frieska melaksanakan ibadah shalat zuhur dan makan siang.
Qayyum, Melody, dan Frieska kembali ke taman di rumah Melody untuk mengobrol
bersama.
“Qayyum, kamu
mau lihat anjing peliharaanku tidak?” Melody bertanya kepada Qayyum.
“Kamu punya
anjing?” tanya Qayyum tidak percaya.
“Ya. Ayo kita
lihat anjing-anjing aku,” Melody menjawab dan mengajak Qayyum untuk melihat
anjing peliharaan Melody. Kemudian Melody, Qayyum, dan Frieska melangkah dari
taman menuju tempat pemeliharaan anjing milik Melody.
“Qayyum, aku
punya dua anjing. Satu warna putih. Satu warna hitam,” Melody menceritakan
sesuatu kepada Qayyum tentang anjing peliharaan yang dimiliki oleh Melody.
Kedua anjing Melody tersebut sedang berada di dalam kandangnya masing-masing.
“Anjingnya
lucu,” kata Qayyum setelah melihat kedua anjing milik Melody yang sedang berada
di dalam kandangnya masing-masing.
“Melody, sejak
kapan kamu pelihara anjing?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Sebulan yang
lalu,” jawab Melody.
“Jadi siapa yang
ngurus anjing?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Kalau aku
sekolah dan tidak ada di rumah, mama aku yang ngurus anjing ini. Kalau aku di
rumah, biasanya aku urus anjing sendiri,” jawab Melody.
“Memangnya, mama
kamu tidak melarang untuk memelihara anjing?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Tidak. Waktu
mama aku masih gadis, mama aku punya anjing di rumah mama. Waktu itu, mama aku
yang merawat anjing itu,” jawab Melody.
“Kalau begitu
kita duduk-duduk lagi di taman,” Melody mengajak Qayyum dan Frieska kembali
duduk bersama di taman. Kemudian Melody, Qayyum, dan Frieska kembali duduk
bersama di taman.
“Qayyum, coba
kamu lepas kacamatanya,” Melody menyuruh Qayyum untuk melepas kacamatanya.
Kemudian Qayyum melakukannya.
“Bang Qayyum
juga ganteng jika abang tidak menggunakan kacamatanya,” kata Frieska setelah
melihat wajah Qayyum tanpa menggunakan kacamatanya.
“Benar juga.
Tapi aku tidak bisa melihat wajah kalian dengan jelas,” balas Qayyum.
“Melody, kamu
lebih suka lihat aku pakai kacamata atau tidak pakai kacamata?” Qayyum bertanya
kepada Melody.
“Aku suka lihat
kamu pakai kacamata atau tidak pakai kacamata karena aku memang suka denganmu. Belakangan
ini, aku lebih suka melihat kamu tidak memakai kacamata,” jawab Melody.
“Kamu boleh saja
kalau kamu melihat aku tidak memakai kacamata. Tapi ini merugikan aku. Kamu
puas melihat aku tidak memakai kacamata tapi aku merasa dirugikan karena aku
tidak bisa melihat wajahmu dengan jelas tanpa kacamata,” Qayyum berkata kepada
Melody.
“Kalau kamu
ingin melihat wajah aku, kamu pakai lagi kacamatanya. Kalau kamu ingin melihat
wajah aku dengan jelas tanpa kacamata, kamu bisa operasi lasik atau memakai
lensa kontak. Lensa kontak dapat digunakan sebagai alat bantu penglihatan pengganti
kacamata,” Melody berkata kepada Qayyum. Kemudian Qayyum kembali memakai
kacamatanya.
“Benar juga apa
yang dikatakan Melody. Baru-baru ini, aku sempat tertarik menggunakan lensa
kontak tapi saat ini aku masih belum ingin memakainya,” balas Qayyum.
“Melody.
Frieska. Aku mau pulang. Sebelum pulang, aku mau pamit ke orangtua Melody lebih
dulu,” Qayyum berencana akan pulang ke rumah.
“Sama-sama,”
balas Melody. Setelah itu, Melody, Qayyum, dan Frieska pergi meninggalkan taman
di rumah Melody dan berkumpul bersama kedua orangtua Melody di ruang keluarga.
“Om. Tante. Saya
pulang dulu,” Qayyum pamit dengan kedua orangtua Melody dan dilanjutkan dengan
salam kepada kedua orangtua Melody. Setelah itu, Qayyum berpamitan dengan
Frieska dan Melody dengan salam.
“Mel, aku pulang
dulu,” Qayyum berkata kepada Melody sebelum pergi meninggalkan rumah Melody.
“Hati-hati di
jalan,” Melody memperingatkan Qayyum. Kemudian Qayyum pergi meninggalkan rumah
Melody.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar