Selasa, 19 November 2024

Berkunjung ke Gurdwara Yayasan Sosial Guru Nanak


Sebuah kesempatan langka dengan menghadiri perayaan Hari Kelahiran Guru Nanak Dev Ji yang ke-555 yang merupakan guru pertama dari 10 Guru dalam agama Sikh di Yayasan Sosial Guru Nanak, Ciputat, Tangerang Selatan, 17 November 2024.

Aku datang ke acara tersebut sebagai undangan dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia bersama rekan-rekanku yang lainnya dari Serua, Perigi, dan Kebayoran. Pengalaman yang aku dapatkan selama mengikuti acara ini adalah bisa bersilaturahmi dengan umat Sikh di Indonesia dan bisa melihat bagaimana umat Sikh beribadah.

Sesi tanya jawab bersama dua jemaat perempuan Sikh di Indonesia. Diikuti pula rekan-rekanku dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia dan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Karena pengetahuan aku tentang agama Sikh masih awam, aku berkesempatan untuk bertanya kepada salah satu jemaat perempuan Sikh mengenai bahasa yang digunakan saat beribadah bagi umat Sikh dan adanya dapur dan ritual makan bersama di gurdwara (tempat ibadah umat Sikh). Jemaat perempuan Sikh itu menjawab bahwa bahasa yang digunakan umat Sikh adalah bahasa Punjab dengan aksara Gurmukhi, sementara adanya dapur dan ritual makan bersama di gurdwara adalah dalam umat Sikh menganut "konsep kesetaraan" di mana siapa pun yang mengunjungi gurdwara mendapatkan makanan yang layak dengan tujuan tidak boleh pulang dalam keadaan lapar.

Tempat sembahyang umat Sikh di lantai atas gurdwara Yayasan Sosial Guru Nanak di Ciputat, Tangerang Selatan. 

Hal lain yang aku dapatkan mengenai umat Sikh adalah mengenai penulisan kolom agama bagi umat Sikh di KTP Indonesia dan komunikasi antar umat Sikh di Indonesia. Salah satu jemaat pria Sikh menjawab penulisan kolom agama bagi umat Sikh di KTP Indonesia adalah "Hindu-Sikh" namun ada juga yang menulis "Hindu" saja. Adapun komunikasi antar umat Sikh di Indonesia adalah menggunakan bahasa Indonesia. Menurut pengamatan aku, rata-rata umat Sikh di Indonesia lancar berbahasa Indonesia.

Foto bersama Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dan rekan-rekanku dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

Salah satu hal menarik dalam mengikuti perayaan tersebut adalah bertemu Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni yang menjadi tamu pembicara pada acara tersebut. Setelah acara usai, aku berinisiatif untuk mengobrol dengan Pak Menhut saat beliau sudah duduk di lantai bawah gurdwara untuk mempersiapkan makan siang bersama. Aku memperkenalkan diri kepada beliau bahwa saya datang dari undangan Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Pak Menhut juga mengobrol tentang kegiatannya mengikuti kegiatan JAI di mana beliau pernah mengikuti acara JAI di Ciledug. Obrolan ditutup dengan pesan singkat dari Pak Menhut, "kapan-kapan kita bertemu lagi."

Saat makan siang bersama di gurdwara seusai acara tersebut, aku melihat tata caranya. Pengunjung hanya perlu duduk lesehan di depan piring dan sendok yang telah disediakan tanpa harus mengambil makanan secara prasmanan karena ada yang mengantar makanan ke seluruh pengunjung secara berkeliling. Pengunjung hanya perlu menunggu pengantar yang membawakan makanan datang menghampirinya, kurang lebih mirip dengan pengunjung restoran yang menunggu pesanannya tiba dibawakan pelayan restoran.