Minggu, 23 Maret 2025

Sumbar Trip 2025: Menuju Kampung Halaman (Part 2)

17 Maret 2025

Warung kopi kecil yang aku kunjungi saat sahur di Palembang.

Makan Pop Mie kari ayam di tengah hujan deras.

Sekitar pukul 03.30 WIB bis kembali berhenti di salah satu jalan di kota Palembang. Begitu turun dari bis, aku mencari rumah makan atau semacamnya untuk makan sahur hingga akhirnya aku menemui sebuah warung kopi kecil. Aneka makanan dan minuman yang disajikan di sana cukup sederhana, seperti mi instan (termasuk dalam bentuk cup), minuman saset (termasuk kopi), dan minuman hangat macam teh hangat. Aku melihat banyak pemudik memesan makanan dan minuman tertentu di warung kopi kecil tersebut hingga yang punya warkop ini kewalahan melayani pesanan karena banyaknya pelanggan yang datang secara tiba-tiba. Ada pengalaman menarik saat di warkop di mana aku menemui pemudik yang ternyata mudik ke Pampangan Nan XX, Lubuk Begalung, sebuah kelurahan yang tidak asing bagiku karena keluarga kakak dari papa aku tinggal di kelurahan itu, tepatnya di komplek perumahan Pelana Indah. Dia Rozi yang mengaku tinggal di komplek sebelah Pelana Indah, entah apa nama komplek itu, dia bilang nama kompleknya Permata (Permata mah, nama komplek perumahan aku tinggal, Permata Pamulang). Rozi merupakan rombongan dari bis 6. Aku sempat cerita ke Rozi, kalau aku bakal mengunjungi Pampangan Nan XX. Aku pamit ke Rozi setelah Pop Mie rasa kari ayam yang aku pesan sudah tiba dan dibawa ke dalam bis agar tidak ketinggalan rombongan di bis 5. Begitu ingin kembali ke bis, hujan mulai turun dan aku harus segera kembali ke bis. Hujan pun mulai deras ketika aku masuk ke dalam bis. Begitu Pop Mie yang aku makan tandas, aku kembali keluar dari bis untuk menemui Rozi di warkop. Pas kembali ke warkop, aku tidak berhasil menemui Rozi dan aku pun kembali ke bis 5 dalam keadaan jaket yang aku pakai basah terkena air hujan.

***

Sekitar jam 09.00 WIB, bis berhenti di rumah makan Pagi Sore di Musi Banyuasin. Karena jaket yang aku pakai basah, aku meminta seseorang untuk membukakan bagasi bawah bis ntuk mengambil tas abu-abu berisi pakaianku. Aku mengeluarkan kemeja lengan panjang warna hitam, sweater hitam, dan jersey kandang timnas Spanyol tahun 2013 dari tas abu-abu. Aku juga mengeluarkan tas laptop hitam untuk mengambil buku antologi cerpen dari bagasi atas dalam bis (kalau di dalam pesawat terbang dibilang kabin). Di dalam bis yang masih sepi karena ditinggal penghuninya ke tempat sekitarnya, aku ganti baju dengan menggunakan jersey timnas Spanyol yang dilapisi sweater hitam. This is the real mudik, bisa-bisanya aku ganti baju di bis gara-gara baju yang kupakai basah kuyup karena kehujanan. Kemeja lengan panjang hitam dimasukkan ke dalam tas laptop hitam, sedangkan buku antologi cerpen dimasukkan ke tas selempang kecil warna cokelat. Adapun tas laptop hitam yang kembali dimasukkan ke dalam bagasi atas dalam bis.

***

Suasana di Check Point 2 "Pulang Basamo 2025" di Rumah Makan Soto Jakarta Tenam, Muara Bulian.

Santap malam aku di Rumah Makan Soto Jakarta Tenam. Ada babat sapi, jengkol, dan udang. Mantap tapi bikin aku bokek.

Sekitar pukul 18.30 WIB, bis berhenti untuk sementara waktu di Check Point 2 “Pulang Basamo 2025” di Rumah Makan Soto Jakarta Tenam, Muara Bulian, Kabupaten Batang Hari, Jambi. Ada momen menarik saat jeda di rumah makan itu, yaitu para pemudik makan bersama di tempat, mengambil aneka makanan secara prasmanan layaknya acara resepsi pernikahan. Hingga akhirnya aku merekam momen luar biasa ini di HP aku. Video pemudik makan bersama di Check Point 2 “Pulang Basamo 2025” gelombang pertama bisa dilihat di Instagram dan TikTok aku.

Aku ikut makan malam dengan mengambil aneka hidangan seperti babat sapi, udang, ayam goreng, jengkol, mi goreng, ikan tepung krispi, nasi putih, dan es jeruk. Aku makan di tempat duduk semeja dengan satu keluarga yang terdiri seorang ibu, seorang anak laki-laki, dan seorang anak perempuan. Setelah makananku ludes, aku harap-harap cemas mengetahui tagihan makan di tempat karena sisa uangku yang ada saat itu bisa dibilang pas-pasan. Maklum, aku berangkat dari Tangerang Selatan ke Padang dengan membawa uang yang tidak banyak, sekitar 160 ribu rupiah. Total tagihan makan malam di Rumah Makan Soto Jakarta Tenam adalah 43 ribu rupiah, menyisakan tiga ribu rupiah di dompetku.

Sabtu, 22 Maret 2025

Sumbar Trip 2025: Menuju Kampung Halaman (Part 1)

16 Maret 2025

Aku berangkat dari rumah pukul 05.48 WIB, naik motor bareng Jule, temanku yang menjemputku ke Lapangan Jantung Sehat Senayan, tempat aku berkumpul pada program mudik bersama “Pulang Basamo 2025” yang disponsori oleh anggota DPR RI Andre Rosiade. Untuk gelombang pertama, berangkat pada 16 Maret 2025 dengan 100 bis tujuan Padang dan Bukittinggi. Sementara gelombang kedua berangkat pada 23 Maret 2025 dengan 150 bis tujuan Padang dan Bukittinggi. Aku ikut yang gelombang pertama. Program mudik ini gratis tanpa memakan biaya apa pun. Aku tiba di Lapangan Jantung Sehat Senayan pukul 06.24 WIB. Sebelum masuk ke area keberangkatan, aku pastinya berpamitan dengan Jule.

***

Saat tiba di Lapangan Jantung Sehat Senayan.

Aksi panggung Alkawi.

Penampilan dari Ratu Sikumbang.
Menikmati keseruan aksi panggung Ratu Sikumbang.

Andre Rosiade menyampaikan sambutan pelepasan para pemudik "Pulang Basamo 2025" gelombang pertama.

Begitu masuk ke area keberangkatan, aku langsung mencari bis yang telah aku tempati, sesuai dengan perintah kakak perempuanku. Bis yang aku tempati (nomor 5 tujuan Padang) berada di sebelah panggung. Setelah menemui bis itu, aku langsung memasukkan satu tas ransel berwarna abu-abu yang berisi pakaian yang aku bawa ke dalam bagasi. Menunggu waktu keberangkatan tiba, aku memilih untuk menonton pertunjukan di panggung. Sebelum mudik ke kampung halaman, “Pulang Basamo 2025” menyediakan rangkaian program seru di panggung seperti games berhadiah, penampilan artis ibu kota Minang, hingga pelepasan para pemudik ke kampung halaman masing-masing. Artis ibu kota Minang yang turut memeriahkan “Pulang Basamo 2025” gelombang pertama adalah penyanyi pop Minangkabau Alkawi dan Ratu Sikumbang. Aku ikut berjoget di depan panggung ketika Alkawi dan Ratu Sikumbang manggung bersama para pemudik lainnya. Bahkan anak kecil pun ikut ke atas panggung ketika Alkawi dan Ratu Sikumbang sedang bernyanyi dan berdansa. Acara dinanti pun tiba, kehadiran Andre Rosiade di acara “Pulang Basamo 2025” dengan menyampaikan sambutan bagi para pemudik di atas panggung, diselingi dengan doa bersama. Setelah itu, acara ditutup dengan acara pelepasan para pemudik “Pulang Basamo 2025” bersama Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad dan Andre Rosiade. Sayangnya aku tidak sempat bertemu dengan Sufmi Dasco Ahmad karena para pemudik diinstruksikan untuk masuk ke dalam bis masing-masing.

***

Sekitar pukul 10.30 WIB, bis nomor 5 tujuan Padang mulai berjalan menuju tempat tujuan bersama bis-bis lainnya. Pukul 12.06 WIB, bis tiba di Pelabuhan Merak untuk menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Butuh sekitar dua jam untuk menunggu bis masuk ke kapal feri dan melanjutkan perjalanan ke Pulau Sumatera. Bis masuk ke kapal feri sekitar pukul 14.00 WIB. Selama menunggu bis masuk ke dalam kapal feri, aku sempat membuka aplikasi X untuk memantau live tweet balapan perdana Formula 1 musim 2025 di Sirkuit Albert Park, Melbourne, Australia. Balapan tersebut dimenangkan Lando Norris dari tim McLaren. Sekitar pukul 14.30 WIB, para pemudik turun dari bis dan hendak masuk ke dalam kapal feri selama penyeberangan berlangsung.

Sebuah pemandangan di atas kapal feri.

Di ruang penumpang non-ekonomi.
Aku di atas kapal feri.

Teman berbuka puasa aku di Pelabuhan Bakauheni, minus LeMinerale yang ada di bawah bangku.

Sepanjang perjalanan kapal feri menuju Lampung, aku menghabiskan waktu di ruang penumpang non-ekonomi bersama Fikri, pemudik yang duduk di bis sebelahku yang hendak mudik ke Sawahlunto. Fikri ini juga mahasiswa yang baru lulus, sama seperti aku yang beberapa minggu lalu mengikuti wisuda kelulusan sebagai sarjana baru. Sesekali aku ikut Fikri ke ruang musala yang letaknya di kapal feri paling atas untuk salat Asar. Di ruang penumpang non-ekonomi disuguhkan lagu-lagu hits dari NDX A.K.A. melalui layar yang ada di ruangan itu. Di kapal feri, aku sempat membeli sebotol Floridina rasa jeruk dan sekotak Tango varian Sassy Strawberry yang bergambar Freya dari grup idola JKT48 untuk bekal berbuka puasa nanti. Sekitar pukul 17.30 WIB, para pemudik kembali ke bisnya masing-masing karena kapal feri hampir tiba di Pelabuhan Bakauheni. Pukul 18.13 WIB, waktu berbuka tiba di Pelabuhan Bakauheni. Aku berbuka puasa dengan Floridina rasa jeruk, Tango Sassy Strawberry, sebotol LeMinerale 1,5 liter yang aku beli sebelum turun dari kapal feri, dan air putih dari tumbler Ikatan Universitas Terbuka Jakarta berwarna hijau muda.

Pukul 19.15 WIB, perjalanan rehat di Rumah Makan Siang Malam di Lampung Selatan. Para pemudik turun dari bis dengan berbagai keperluan, seperti beli makan dan ke toilet. Karena belum makan, aku beli semangkuk Pop Mie rasa soto yang sudah diseduh dan sesaset Good Day Cappuccino yang nantinya akan diseduh di tumbler dengan menggunakan air panas dispenser bis. Saat kembali ke bis setelah menuntaskan makan Pop Mie, aku melihat Fikri membeli seporsi nasi padang dengan lauk rendang yang dibungkus. Beberapa saat kemudian, aku membeli seporsi nasi padang dengan lauk rendang yang dibungkus untuk dimakan di bis. Setelah menyantap nasi padang lauk rendang, aku menyeduh kopi Good Day Cappuccino di tumbler hijau muda milikku dengan dispenser yang tersedia di dalam bis. Apesnya, karena tidak kuat menahan panas, tumbler yang aku pakai meleleh dan kopi yang aku buat ikut tumpah hingga ke keranjang sampah plastik dekat tempat aku duduk, dibantu Fikri juga. Sisa kopi yang ada dituang ke botol Floridina yang segera aku habiskan isinya. Sementara tumbler hijau muda yang sudah meleleh ikut dibuang ke keranjang sampah. Karena kopi yang tersisa dianggap kurang, aku menambahkannya dengan air putih dari botol LeMinerale berukuran besar.

Kamis, 02 Januari 2025

Liburan Akhir Tahun di Puncak

Sabtu, 28 Desember 2024 

Aku bangun tidur sekitar jam lima pagi di rumahku yang terletak di perumahan Permata Pamulang, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan untuk persiapan berangkat ke Puncak bersama keluargaku yang serumah denganku untuk menghadiri acara kumpul keluarga Amat Ngapio selama dua hari, yaitu hari Sabtu sampai Minggu tanggal 28-29 Desember 2024 di Citra Cikopo Hotel, Cisarua, Kabupaten Bogor. Mereka yang berangkat bersamaku adalah Kakak (Kisyti), Mas Warto (suami Kakak), dan tiga anak Kisyti yang semuanya perempuan (Intan, Jehan, dan Muthi). Mobil yang menjemput kami tiba di rumahku sekitar jam setengah enam pagi dengan menggunakan jasa mobil travel yang mana supirnya ikut mengantar kami pulang pergi dari tempat tujuan dan ke tempat tujuan. Dengan kata lain, supir itu juga ikut pergi ke lokasi tujuan hingga waktu pulang tiba. 

Kami tiba di Citra Cikopo Hotel sekitar jam setengah sembilan pagi. Begitu tiba di parkiran hotel, kami mencari pondok tempat Bule Lastri menginap di mana Bule Lastri beserta keluarganya sudah menginap di hotel itu beberapa hari yang lalu. Citra Cikopo Hotel berbentuk pondok-pondok yang terpisah satu sama lain, mirip dengan apa yang ada di perumahan. Saat kami berhasil menemui pondok yang ditempati Bule Lastri, mereka yang ada di dalam pondok itu menyambut kami. Beberapa saat kemudian, Bule Lastri menyuruh kami untuk sarapan terlebih dahulu. Aku bergegas sarapan dengan mengambil nasi dengan rendang, lalu aku menyantapnya dengan tangan. Setelah itu, aku minum kopi susu di luar ruangan hotel. 

Pondok yang ditempati keluarga Bule Lastri.
Kolam renang di Citra Cikopo Hotel, spot favorit aku selama liburan di sana.
Sekitar jam sepuluh siang, aku sempat keluar dari hotel bersama keluarga Bule Lastri untuk pergi ke belanja di warung sekitar hotel.
Aku pun sempat beli Cimory Yogurt rasa mangga dan Indomie kuah rasa Mi Kocok Bandung. Sekitar jam sebelas siang, aku turun ke kolam renang untuk berenang. Bagi aku, berenang di kolam renang di hotel atau vila merupakan suatu keharusan karena kesempatannya tidak datang dua kali. Aku selesai berenang (untuk sesi pertama selama jalan-jalan) sekitar jam dua belas siang. Beberapa saat kemudian, aku masuk ke pondok yang aku tempati bersama keluarga Bojong dan keluarga Om Jan. Beberapa saat kemudian, keluarga kami makan siang di teras ruang meeting yang letaknya berseberangan dengan pondok yang aku tempati. Di pondok, aku menemui masalah di mana televisi yang aku tempati bersama anggota keluargaku dan keluarga lain tidak bisa menyala dan Wi-fi tidak dapat berfungsi dengan baik. Provider televisi yang dipakai di tempat aku menginap adalah IndiHome. Bahkan aku sampai dua kali keluar dari pondok untuk menemui teknisi yang bertugas di hotel. Naasnya setelah dua kali diperbaiki teknisi, televisi yang aku pakai di pondok yang aku tempati terkadang berfungsi terkadang tidak. Begitu pula dengan Wi-fi meski sudah meminta password-nya dari teknisi, Wi-fi-nya tetap tidak berfungsi dengan baik sehingga aku harus tetap mengaktifkan paket data di HP-ku untuk bisa internet-an, untung aku beli kuota data mingguan yang besar agar aku bisa internet-an di Puncak tanpa meminjam punya orang lain.
 

Pondok yang aku tempati bersama keluargaku, keluarga dari Bojong, dan keluarga Om Jan (kiri).

Sore hari setelah salat Asar, aku kembali turun ke kolam renang untuk berenang
di sesi kedua. Anggap saja berenang bisa menghilangkan rasa bosan yang selama ini menghampiriku. Saat aku ingin selesai berenang, aku melihat seekor kucing sedang berada di tepi kolam dekatku. Sebelum kucing berjalan menjauh dariku, aku bergegas naik dari kolam dan menghampiri kucing itu apalagi jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Setelah berenang sore, aku sempat menyantap Indomie Mi Kocok Bandung dengan cara diseduh seperti membuat Pop Mie (airnya dimasak pakai coffee maker yang disediakan di tiap pondok karena kalau pakai gas harus bayar lagi) dan minum kopi hitam dengan gula dan krimer yang telah disediakan di hotel. Malam hari tiba, setelah makan malam, ada acara keluarga berupa lomba anak-anak dan antar keluarga. Aku ikut lomba antar keluarga di mana satu kelompok berisikan empat orang satu keluarga dan berduel melawan kelompok keluarga yang lain. Yang satu kelompok denganku adalah Kakak, Mas Warto, dan Intan. Aku tidur di pondok sekitar jam setengah sepuluh malam di atas tikar yang digelar di lantai satu.

Berenang sore.
Ngopi sore. Vibes-nya kayak lagi minum kopi botol di kursi teras minimarket.

Minggu, 29 Desember 2024
 

Setelah salat Subuh, Bule Lastri dan Bude Tuti datang ke pondok yang aku tempati. Bule Lastri memberiku kartu sarapan di restoran hotel atas nama Mas Wahyu (anak Alm. Om Misbah, suami Bule Lastri). Bule Lastri berpesan kepadaku kalau aku tidak boleh sarapan di sekitaran pondok. Sekitar jam tujuh pagi, aku pergi ke restoran hotel untuk menyantap aneka sarapan. Di restoran hotel, dijajakan aneka sarapan secara prasmanan seperti kue jajanan pasar, roti, aneka nasi, aneka sayuran, aneka lauk pauk, jus, teh, kopi, air lemon, aneka gorengan, bubur ayam, nasi uduk, dan omelet. Sarapan pertama, aku mengambil nasi goreng dengan aneka tumis sayuran (jamur, buncis, wortel, tomat, bawang bombay, dan jagung muda), mi goreng, kentang goreng, sosis goreng, kerupuk, acar (timun, wortel, dan bawang merah), saus sambal, saus tomat, dan es teh tawar. Sarapan kedua, aku mengambil bubur ayam dengan aneka topping dan bumbu seperti suwiran ayam, kuah kaldu ayam, usus ayam, telur rebus, daun bawang, seledri, dan kecap asin); omelet goreng dengan saus tomat dan makan pakai garpu; dan jus jambu. Sarapan penutup, aku minum kopi hitam dengan krimer dan gula. Alasan aku tidak mengambil nasi uduk dan gorengan karena kedua makanan itu mudah ditemui di sekitaran tempat tinggal aku dan aku sering makan itu. 

Sarapan pertama di restoran Citra Cikopo Hotel: Nasi goreng dengan aneka topping dan es teh tawar.

Sarapan kedua: Bubur ayam, omelet, dan jus jambu.

Sarapan penutup: Kopi hitam dengan gula dan krimer.
Puas sarapan enak, aku pun segera kembali berenang di kolam renang yang menjadi sesi ketiga at
au terakhir aku berenang di Citra Cikopo Hotel sekitar jam sembilan pagi. Di sesi terakhir ini, aku berenang pakai jersey Barcelona away musim 2013/14 dengan warna kuning garis-garis merah. Aku selesai berenang sekitar jam sepuluh pagi. Pada jam setengah sebelas pagi, aku bertemu dengan Bule Lastri yang sedang duduk di atas tikar taman dekat pondok hotel, menyuruhku makan lagi. Aku pun segera makan dan mengambil nasi dan lauk pauk yang tersedia di tikar. Setelah aku makan, anggota keluarga yang lain juga ikut makan sebelum pulang ke rumahnya masing-masing. Acara ditutup dengan foto bersama yang paling ditunggu-tunggu bagi kami yang menghadiri acara kumpul keluarga ini.
 

Berenang di Minggu pagi atau sesi ketiga.

Keluargaku (dari kiri ke kanan): Mas Warto, Aku, Jehan, Kakak (belakang Muthi), Muthi (depan Kakak), dan Intan.

Sesi foto bersama di ujung acara.