Suatu hari di
Sabtu sore, Qayyum duduk di ruang tamu sambil menunggu Melody datang ke
rumahnya. Di hari itu, Qayyum memakai kemeja lengan panjang kotak-kotak
berwarna hitam dan celana panjang jins warna biru. Di ruang tamu, Qayyum tidak
sendirian. Ia ditemani oleh kedua saudara perempuannya; Rica dan Nabilah dan kedua
orangtua Qayyum. Kedua saudara perempuan dan kedua orangtua Qayyum itu juga
menunggu Melody datang ke rumah.
“Teng tong,”
suara bel berbunyi di rumah Qayyum. Dengan segera, Qayyum membukakan pintu
rumahnya. Ternyata, yang datang ke rumah Qayyum adalah Melody yang tidak lain
adalah teman Qayyum. Melody datang memakai kaus putih lengan pendek dan celana
panjang jins warna biru. Selain itu, Melody juga membawa sebuah tas tangan
berwarna putih dan sebuah kantong plastik berisi berwarna ungu.
“Assalamualaikum,”
Melody menyapa Qayyum dengan salam.
“Waalaikumsalam.
Silahkan masuk,” Qayyum menjawab salam dari Melody sambil mempersilahkan Melody
masuk ke dalam rumah Qayyum. Setelah itu, Melody menyalami Qayyum, kedua
orangtua Qayyum, dan kedua saudara perempuan Qayyum. Kedua orangtua Qayyum
menghormati kedatangan Melody. Selain itu, Melody juga telah mengenal kedua
orangtua Qayyum dan kedua saudara perempuan Qayyum saat pesta ulang tahun
Qayyum pada bulan Juni lalu.
“Melody. Mama
ingat. Mama pernah ketemu kamu waktu acara ulang tahun Qayyum. Mama tahu bahwa
kamu adalah teman sekolah Qayyum,” Ibunda Qayyum menceritakan sesuatu tentang
Melody. Kemudian Melody bersama keluarga Qayyum duduk bersama di ruang tamu.
“Qayyum, ini hadiah
untukmu,” kata Melody sambil menyerahkan sebuah kantong plastik berisi berwarna
ungu.
“Terima kasih,”
balas Qayyum setelah menerima sebuah kantong plastik berisi berwarna ungu.
“Melody, kamu
mau minum apa? Teh? Atau sirup?” Ibunda Qayyum menawarkan minuman untuk Melody.
“Aku sirup,”
jawab Melody.
“Qayyum mau
apa?” Ibunda Qayyum menawarkan minuman untuk Qayyum.
“Aku juga
sirup,” jawab Qayyum. Kemudian Ibunda Qayyum pergi meninggalkan ruang tamu
untuk sementara.
“Silahkan
diminum,” kata Ibunda Qayyum sambil menaruh nampan yang berisi dua gelas sirup
di meja tamu.
“Mama tinggal
dulu ya. Kalau kamu mau pulang, kamu bisa bilang mama,” Ibunda Qayyum akan
meninggalkan ruang tamu.
“Papa tinggal
dulu ya,” Ayah Qayyum juga akan meninggalkan ruang tamu. Di ruang tamu hanya
tersisa Qayyum, Melody, Rica, dan Nabilah.
“Kamu terlihat
segar dan manis ketika kamu memakai baju putih,” Qayyum memuji Melody.
“Terima kasih,”
Melody berterima kasih kepada Qayyum sambil tersenyum lebar di bibirnya.
Sementara Rica dan Nabilah memperhatikan Qayyum dan Melody.
“Melody. Mengapa
kamu bawa hadiah ini untuk aku?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Aku bawa hadiah
untuk kamu karena aku memang sayang padamu. Dan kamu juga sayang padaku,” jawab
Melody.
“Jadi Bang
Qayyum sayang sama Kak Melody?” tanya Nabilah.
“Iya,” jawab
Qayyum.
“Melody.
Perasaanku hari ini seperti hari ulang tahun aku karena kamu memberi hadiah
untuk aku,” Qayyum menyatakan perasaannya kepada Melody.
“Benar juga apa
yang kamu katakan. Perasaanku hari ini seperti hari ulang tahun kamu karena aku
datang ke rumahmu sambil membawa kado untuk kamu,” Melody menyatakan
perasaannya kepada Qayyum.
“Qayyum. Kamu
kelihatan keren sekali kalau kamu pakai kacamata dipadu dengan balutan kemeja
lengan panjang kotak-kotak dan celana jins,” Melody memuji penampilan Qayyum.
“Terima kasih,”
balas Qayyum sambil tersenyum.
“Melody. Semester
kemarin kamu dapat nilai berapa?” kali ini Rica yang bertanya kepada Melody.
“Semester
kemarin, aku dapat ranking 5,” jawab Melody.
“Kamu termasuk siswi
terpintar di sekolahmu tidak?” Rica bertanya lagi kepada Melody.
“Iya, aku
termasuk siswi terpintar di sekolahku,” jawab Melody.
“Qayyum, aku mau
shalat Ashar. Tapi shalatnya di mana?” Melody bertanya kepada Qayyum karena
Melody ingin shalat Ashar.
“Bagaimana kita
shalat Ashar dulu. Habis itu kumpul-kumpul lagi. Bagaimana?” Qayyum menemukan
ide.
“Ini ide yang
bagus. Lebih baik kita shalat dulu. Shalat itu penting,” jawab Nabilah.
“Aku shalat di
kamarku sendiri. Nabilah shalat di kamarnya sendiri. Sementara Melody shalat di
kamarnya Kak Rica sama Kak Rica,” perintah Qayyum. Kemudian Melody, Rica, dan
Nabilah mengikuti perintah dari Qayyum. Sebelum shalat, Qayyum menyimpan hadiah
dari Melody di kamarnya. Beberapa saat kemudian. Qayyum, Melody, Rica, dan
Nabilah kembali berkumpul di ruang tamu.
“Melody. Kak Rica.
Nabilah. Kita main di halaman rumah aku saja,” bujuk Qayyum.
“Boleh,” Melody
setuju. Kemudian Qayyum, Melody, Rica, dan Nabilah pergi ke halaman rumah
Qayyum. Di halaman rumah. Qayyum, Melody, Rica, dan Nabilah duduk di kursi yang
terletak di rumput halaman rumah.
“Qayyum. Apa
kabar hari ini?” Melody bertanya kepada Qayyum.
“Baik
Alhamdulillah,” jawab Qayyum.
“Melody. Hari
ini kamu sehat tidak?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Sehat
Alhamdulillah,” jawab Melody.
“Di sekolah
tadi, kamu bisa ekskul menulis tidak?” Melody bertanya kepada Qayyum.
“Bisa. Aku
selalu bersemangat setiap aku mengikuti ekskul menulis. Bagiku, menulis adalah
bagian dari hidupku,” jawab Qayyum.
“Di sekolah
tadi, kamu bisa ekskul musik tidak?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Bisa,” jawab
Melody.
“Kak Melody
ekskul musik di sekolah kakak?” Nabilah bertanya kepada Melody.
“Iya,” jawab
Melody.
“Aduh. Aduh,”
Qayyum menahan rasa sakit di jari tangannya.
“Qayyum. Kamu
kenapa?” Melody bertanya kepada Qayyum.
“Jari telunjuk tangan
kanan aku berdarah. Aku tidak sengaja mengorek jari telunjuk tangan kanan aku yang
terkelupas dengan jempol tangan kananku,” jawab Qayyum.
“Tenang saja.
Aku bawa obat merah dan plester,” kata Melody. Kemudian Melody mengeluarkan
obat merah dan plester dari tas milik Melody. Kemudian Melody mengobati luka
Qayyum di jari telunjuk tangan kanannya dan ditutupi dengan plester.
“Terima kasih
Melody,” Qayyum berterima kasih kepada Melody.
“Baru kali ini
kakak lihat Melody begitu perhatian dengan Qayyum,” kata Rica setelah melihat
Melody mengobati luka Qayyum.
“Sama-sama kak,”
balas Melody.
“Melody. Makanan
kesukaanmu apa?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Pizza, seafood,
dan masakan Padang. Qayyum suka makan apa?” Melody menjawab kemudian bertanya
kepada Qayyum.
“Aku juga suka
makan pizza. Selain itu, aku juga suka makan spaghetti dan masakan Italia
lainnya,” jawab Qayyum.
“Qayyum. Aku mau
pulang dulu. Sebelum pulang, aku mau bilang mama kamu dulu,” Melody akan pulang
dari rumah Qayyum.
“Baiklah,” balas
Qayyum. Kemudian Melody, Qayyum, Rica, dan Nabilah meninggalkan halaman rumah
Qayyum.Setelah itu, Melody menemui kedua orangtua Qayyum di ruang keluarga.
“Mama. Papa.
Melody pulang dulu,” Melody pamit kepada kedua orangtua Qayyum.
“Sama-sama,”
balas Ibunda Qayyum. Kemudian Melody pulang.
~~~
Pada malam hari.
Qayyum membuka kotak hadiah yang diberikan oleh Melody di kamarnya. Di dalam
kotak yang dibuka Qayyum terdapat sebuah buku novel remaja untuk Qayyum. Selain
itu, terdapat pula selembar surat dari Melody.
Qayyum.
Aku beli novel ini untuk kamu karena kamu suka
membaca dan rajin menulis. Kamu harus baca novel ini karena novel ini sangat
bagus untuk dibaca.
Melody.
“Melody. Kamu
baik sekali. Sampai-sampai kamu membeli sebuah novel untukku. Aku tidak bisa
berkata apa-apa selain kamu baik,” kata Qayyum dalam hati.
~~~
Suatu hari di
sekolah pada jam istirahat pertama. Melody menghampiri Qayyum yang sedang duduk
di bangku kelasnya.
“Hai Melo,” sapa
Qayyum.
“Qayyum,” balas
Melody.
“Kamu suka
dengan novel yang aku beli?” tanya Melody.
“Suka dong. Tapi
aku baru baca di awal cerita,” jawab Qayyum.
“Qayyum. Aku
bawa makanan untuk kamu,” kata Melody sambil menaruh kotak makanan milik Melody
di meja Qayyum. Lalu Qayyum membuka kotak makanan milik Melody. Dan kotak
makanan milik Melody berisi nasi goreng sosis.
“Wow. Aku suka
nasi goreng pakai sosis,” kata Qayyum setelah membuka kotak makanan Melody.
“Silahkan
dimakan,” kata Melody singkat. Kemudian Qayyum memakan nasi goreng sosis dari
Melody. Sementara itu, Dhike yang ada di ruang kelas XI-IPS1 melihat Qayyum
sedang berada di dekat Melody. Tetapi Dhike tetap tenang dan tidak risau jika
Qayyum sedang berada di dekat Melody. Lalu Dhike menghampiri Qayyum dan Melody.
“Qayyum.
Melody,” Dhike memanggil Qayyum dan Melody.
“Dhike. Apa
kabar?” Melody menjawab panggilan dari Dhike kemudian bertanya.
“Baik,” jawab
Dhike. Sementara Qayyum masih menyantap nasi goreng sosis dari Melody.
“Dhike. Maaf
lama. Tadi aku lagi makan nasi goreng sosis,” Qayyum berkata kepada Dhike.
“Tidak apa-apa. Justru
aku memperhatikan kamu makan,” Dhike berkata kepada Qayyum.
“Kamu tidak
kesal kalau aku lagi dekat dengan Melody?” Qayyum bertanya kepada Dhike.
“Tidak,” jawab
Dhike.
“Melody. Dhike.
Kita akan melanjutkan pembicaraan kita di lapangan,” Qayyum akan melanjutkan
pembicaraan dengan Melody dan Dhike di lapangan sekolah.
“Dhike, aku
mohon kamu harus mendukung hubungan aku dan Melody ketika aku jadian dengan
Melody nanti. Hanya kamu orang yang paling dekat dengan aku dan Melody,” Qayyum
memohon kepada Dhike saat memulai pembicaraan di lapangan sekolah. Di lapangan
sekolah juga ada Melody yang menemani Qayyum dan Dhike.
“Iya. Aku terima
permohonan darimu. Setiap saat, aku akan selalu mendukung hubungan kamu dengan
Melody,” Dhike menerima permohonan dari Qayyum.
“Aku setuju dengan
ucapan Dhike. Dhike, kamu harus mendukung hubungan aku dengan Qayyum karena
kamulah orang yang paling dekat dengan aku dan Qayyum,” Melody setuju dengan
ucapan Dhike dan Melody juga berkata kepada Dhike. Dhike hanya mengangguk.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar