Kamis, 05 Desember 2013

Gadis Cantik dan Lelaki Pemalu (美しい少女と男はシャイ): Part 5

Suatu hari di Sabtu sore, Qayyum duduk di ruang tamu sambil menunggu Melody datang ke rumahnya. Di hari itu, Qayyum memakai kemeja lengan panjang kotak-kotak berwarna hitam dan celana panjang jins warna biru. Di ruang tamu, Qayyum tidak sendirian. Ia ditemani oleh kedua saudara perempuannya; Rica dan Nabilah dan kedua orangtua Qayyum. Kedua saudara perempuan dan kedua orangtua Qayyum itu juga menunggu Melody datang ke rumah.
“Teng tong,” suara bel berbunyi di rumah Qayyum. Dengan segera, Qayyum membukakan pintu rumahnya. Ternyata, yang datang ke rumah Qayyum adalah Melody yang tidak lain adalah teman Qayyum. Melody datang memakai kaus putih lengan pendek dan celana panjang jins warna biru. Selain itu, Melody juga membawa sebuah tas tangan berwarna putih dan sebuah kantong plastik berisi berwarna ungu.
“Assalamualaikum,” Melody menyapa Qayyum dengan salam.
“Waalaikumsalam. Silahkan masuk,” Qayyum menjawab salam dari Melody sambil mempersilahkan Melody masuk ke dalam rumah Qayyum. Setelah itu, Melody menyalami Qayyum, kedua orangtua Qayyum, dan kedua saudara perempuan Qayyum. Kedua orangtua Qayyum menghormati kedatangan Melody. Selain itu, Melody juga telah mengenal kedua orangtua Qayyum dan kedua saudara perempuan Qayyum saat pesta ulang tahun Qayyum pada bulan Juni lalu.
“Melody. Mama ingat. Mama pernah ketemu kamu waktu acara ulang tahun Qayyum. Mama tahu bahwa kamu adalah teman sekolah Qayyum,” Ibunda Qayyum menceritakan sesuatu tentang Melody. Kemudian Melody bersama keluarga Qayyum duduk bersama di ruang tamu.
“Qayyum, ini hadiah untukmu,” kata Melody sambil menyerahkan sebuah kantong plastik berisi berwarna ungu.
“Terima kasih,” balas Qayyum setelah menerima sebuah kantong plastik berisi berwarna ungu.
“Melody, kamu mau minum apa? Teh? Atau sirup?” Ibunda Qayyum menawarkan minuman untuk Melody.
“Aku sirup,” jawab Melody.
“Qayyum mau apa?” Ibunda Qayyum menawarkan minuman untuk Qayyum.
“Aku juga sirup,” jawab Qayyum. Kemudian Ibunda Qayyum pergi meninggalkan ruang tamu untuk sementara.
“Silahkan diminum,” kata Ibunda Qayyum sambil menaruh nampan yang berisi dua gelas sirup di meja tamu.
“Mama tinggal dulu ya. Kalau kamu mau pulang, kamu bisa bilang mama,” Ibunda Qayyum akan meninggalkan ruang tamu.
“Papa tinggal dulu ya,” Ayah Qayyum juga akan meninggalkan ruang tamu. Di ruang tamu hanya tersisa Qayyum, Melody, Rica, dan Nabilah.
“Kamu terlihat segar dan manis ketika kamu memakai baju putih,” Qayyum memuji Melody.
“Terima kasih,” Melody berterima kasih kepada Qayyum sambil tersenyum lebar di bibirnya. Sementara Rica dan Nabilah memperhatikan Qayyum dan Melody.
“Melody. Mengapa kamu bawa hadiah ini untuk aku?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Aku bawa hadiah untuk kamu karena aku memang sayang padamu. Dan kamu juga sayang padaku,” jawab Melody.
“Jadi Bang Qayyum sayang sama Kak Melody?” tanya Nabilah.
“Iya,” jawab Qayyum.
“Melody. Perasaanku hari ini seperti hari ulang tahun aku karena kamu memberi hadiah untuk aku,” Qayyum menyatakan perasaannya kepada Melody.
“Benar juga apa yang kamu katakan. Perasaanku hari ini seperti hari ulang tahun kamu karena aku datang ke rumahmu sambil membawa kado untuk kamu,” Melody menyatakan perasaannya kepada Qayyum.
“Qayyum. Kamu kelihatan keren sekali kalau kamu pakai kacamata dipadu dengan balutan kemeja lengan panjang kotak-kotak dan celana jins,” Melody memuji penampilan Qayyum.
“Terima kasih,” balas Qayyum sambil tersenyum.
“Melody. Semester kemarin kamu dapat nilai berapa?” kali ini Rica yang bertanya kepada Melody.
“Semester kemarin, aku dapat ranking 5,” jawab Melody.
“Kamu termasuk siswi terpintar di sekolahmu tidak?” Rica bertanya lagi kepada Melody.
“Iya, aku termasuk siswi terpintar di sekolahku,” jawab Melody.
“Qayyum, aku mau shalat Ashar. Tapi shalatnya di mana?” Melody bertanya kepada Qayyum karena Melody ingin shalat Ashar.
“Bagaimana kita shalat Ashar dulu. Habis itu kumpul-kumpul lagi. Bagaimana?” Qayyum menemukan ide.
“Ini ide yang bagus. Lebih baik kita shalat dulu. Shalat itu penting,” jawab Nabilah.
“Aku shalat di kamarku sendiri. Nabilah shalat di kamarnya sendiri. Sementara Melody shalat di kamarnya Kak Rica sama Kak Rica,” perintah Qayyum. Kemudian Melody, Rica, dan Nabilah mengikuti perintah dari Qayyum. Sebelum shalat, Qayyum menyimpan hadiah dari Melody di kamarnya. Beberapa saat kemudian. Qayyum, Melody, Rica, dan Nabilah kembali berkumpul di ruang tamu.
“Melody. Kak Rica. Nabilah. Kita main di halaman rumah aku saja,” bujuk Qayyum.
“Boleh,” Melody setuju. Kemudian Qayyum, Melody, Rica, dan Nabilah pergi ke halaman rumah Qayyum. Di halaman rumah. Qayyum, Melody, Rica, dan Nabilah duduk di kursi yang terletak di rumput halaman rumah.
“Qayyum. Apa kabar hari ini?” Melody bertanya kepada Qayyum.
“Baik Alhamdulillah,” jawab Qayyum.
“Melody. Hari ini kamu sehat tidak?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Sehat Alhamdulillah,” jawab Melody.
“Di sekolah tadi, kamu bisa ekskul menulis tidak?” Melody bertanya kepada Qayyum.
“Bisa. Aku selalu bersemangat setiap aku mengikuti ekskul menulis. Bagiku, menulis adalah bagian dari hidupku,” jawab Qayyum.
“Di sekolah tadi, kamu bisa ekskul musik tidak?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Bisa,” jawab Melody.
“Kak Melody ekskul musik di sekolah kakak?” Nabilah bertanya kepada Melody.
“Iya,” jawab Melody.
“Aduh. Aduh,” Qayyum menahan rasa sakit di jari tangannya.
“Qayyum. Kamu kenapa?” Melody bertanya kepada Qayyum.
“Jari telunjuk tangan kanan aku berdarah. Aku tidak sengaja mengorek jari telunjuk tangan kanan aku yang terkelupas dengan jempol tangan kananku,” jawab Qayyum.
“Tenang saja. Aku bawa obat merah dan plester,” kata Melody. Kemudian Melody mengeluarkan obat merah dan plester dari tas milik Melody. Kemudian Melody mengobati luka Qayyum di jari telunjuk tangan kanannya dan ditutupi dengan plester.
“Terima kasih Melody,” Qayyum berterima kasih kepada Melody.
“Baru kali ini kakak lihat Melody begitu perhatian dengan Qayyum,” kata Rica setelah melihat Melody mengobati luka Qayyum.
“Sama-sama kak,” balas Melody.
“Melody. Makanan kesukaanmu apa?” Qayyum bertanya kepada Melody.
“Pizza, seafood, dan masakan Padang. Qayyum suka makan apa?” Melody menjawab kemudian bertanya kepada Qayyum.
“Aku juga suka makan pizza. Selain itu, aku juga suka makan spaghetti dan masakan Italia lainnya,” jawab Qayyum.
“Qayyum. Aku mau pulang dulu. Sebelum pulang, aku mau bilang mama kamu dulu,” Melody akan pulang dari rumah Qayyum.
“Baiklah,” balas Qayyum. Kemudian Melody, Qayyum, Rica, dan Nabilah meninggalkan halaman rumah Qayyum.Setelah itu, Melody menemui kedua orangtua Qayyum di ruang keluarga.
“Mama. Papa. Melody pulang dulu,” Melody pamit kepada kedua orangtua Qayyum.
“Sama-sama,” balas Ibunda Qayyum. Kemudian Melody pulang.
~~~
Pada malam hari. Qayyum membuka kotak hadiah yang diberikan oleh Melody di kamarnya. Di dalam kotak yang dibuka Qayyum terdapat sebuah buku novel remaja untuk Qayyum. Selain itu, terdapat pula selembar surat dari Melody.
Qayyum.
Aku beli novel ini untuk kamu karena kamu suka membaca dan rajin menulis. Kamu harus baca novel ini karena novel ini sangat bagus untuk dibaca.
Melody.
“Melody. Kamu baik sekali. Sampai-sampai kamu membeli sebuah novel untukku. Aku tidak bisa berkata apa-apa selain kamu baik,” kata Qayyum dalam hati.
~~~
Suatu hari di sekolah pada jam istirahat pertama. Melody menghampiri Qayyum yang sedang duduk di bangku kelasnya.
“Hai Melo,” sapa Qayyum.
“Qayyum,” balas Melody.
“Kamu suka dengan novel yang aku beli?” tanya Melody.
“Suka dong. Tapi aku baru baca di awal cerita,” jawab Qayyum.
“Qayyum. Aku bawa makanan untuk kamu,” kata Melody sambil menaruh kotak makanan milik Melody di meja Qayyum. Lalu Qayyum membuka kotak makanan milik Melody. Dan kotak makanan milik Melody berisi nasi goreng sosis.
“Wow. Aku suka nasi goreng pakai sosis,” kata Qayyum setelah membuka kotak makanan Melody.
“Silahkan dimakan,” kata Melody singkat. Kemudian Qayyum memakan nasi goreng sosis dari Melody. Sementara itu, Dhike yang ada di ruang kelas XI-IPS1 melihat Qayyum sedang berada di dekat Melody. Tetapi Dhike tetap tenang dan tidak risau jika Qayyum sedang berada di dekat Melody. Lalu Dhike menghampiri Qayyum dan Melody.
“Qayyum. Melody,” Dhike memanggil Qayyum dan Melody.
“Dhike. Apa kabar?” Melody menjawab panggilan dari Dhike kemudian bertanya.
“Baik,” jawab Dhike. Sementara Qayyum masih menyantap nasi goreng sosis dari Melody.
“Dhike. Maaf lama. Tadi aku lagi makan nasi goreng sosis,” Qayyum berkata kepada Dhike.
“Tidak apa-apa. Justru aku memperhatikan kamu makan,” Dhike berkata kepada Qayyum.
“Kamu tidak kesal kalau aku lagi dekat dengan Melody?” Qayyum bertanya kepada Dhike.
“Tidak,” jawab Dhike.
“Melody. Dhike. Kita akan melanjutkan pembicaraan kita di lapangan,” Qayyum akan melanjutkan pembicaraan dengan Melody dan Dhike di lapangan sekolah.
“Dhike, aku mohon kamu harus mendukung hubungan aku dan Melody ketika aku jadian dengan Melody nanti. Hanya kamu orang yang paling dekat dengan aku dan Melody,” Qayyum memohon kepada Dhike saat memulai pembicaraan di lapangan sekolah. Di lapangan sekolah juga ada Melody yang menemani Qayyum dan Dhike.
“Iya. Aku terima permohonan darimu. Setiap saat, aku akan selalu mendukung hubungan kamu dengan Melody,” Dhike menerima permohonan dari Qayyum.
“Aku setuju dengan ucapan Dhike. Dhike, kamu harus mendukung hubungan aku dengan Qayyum karena kamulah orang yang paling dekat dengan aku dan Qayyum,” Melody setuju dengan ucapan Dhike dan Melody juga berkata kepada Dhike. Dhike hanya mengangguk.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar