Selasa, 11 Februari 2014

Gadis Cantik dan Lelaki Pemalu (美しい少女と男はシャイ): Part 7



Suatu hari di rumah, Qayyum masuk ke dalam kamarnya sambil membawa kantong plastik berwarna putih. Dengan segera, Qayyum mengeluarkan sesuatu yang ada dari kantong plastik berwarna putih. Dan, di dalam kantong plastik berwarna putih berisi lensa kontak yang dilengkapi dengan kotak kemasan. Kemudian Qayyum mengikuti petunjuk penggunaan lensa kontak yang tersedia di kotak kemasan. Kemudian Qayyum melepas kacamatanya dan menggunakan lensa kontak yang dipasang di kedua bola matanya.
“Aku ingin mengejutkan Melody besok,” kata Qayyum dalam hati sambil bercermin di kaca lemari kamarnya.
~~~
Keesokan harinya di sekolah, Qayyum bertemu dengan Melody di bis sekolah. Di bis sekolah, Qayyum duduk di sebelah Melody. Dan Melody kaget karena Qayyum datang ke bis sekolah tanpa menggunakan kacamatanya.
“Qayyum, kenapa kamu tidak pakai kacamata?” tanya Melody tak percaya.
“Coba tebak kamu pakai apa?” Qayyum tidak menjawab dan balik bertanya kepada Melody.
“Lensa kontak?” jawab Melody.
“Betul,” Qayyum menilai jawaban dari Melody benar.
“Lalu kenapa kamu memakai lensa kontak?” tanya Melody.
“Aku pakai lensa kontak karena aku ingin melihat kamu dengan jelas tanpa kacamata,” jawab Qayyum.
“Kamu baca petunjuk penggunaan sebelum kamu memakai lensa kontak?” tanya Melody lagi.
“Ya,” jawab Qayyum singkat.
Sesaat setelah Qayyum dan Melody masuk ke dalam ruang kelas XI-IPS1, murid sekelas Qayyum dan Melody yang sudah hadir di ruang kelas dikejutkan dengan wajah Qayyum tanpa kacamatanya.
“Qayyum tidak pakai kacamata?”tanya Dhike tak percaya.
“Iya. Sekarang aku pakai lensa kontak,” jawab Qayyum. Kemudian para murid yang sudah datang di ruang kelas XI-IPS1 berhenti bersontak. Kemudian Qayyum dan Melody melangkah menuju tempat duduknya masing-masing.
~~~
Pada jam istirahat pertama, Qayyum dan Melody sedang berada ke kantin untuk mencicipi minuman yang mereka beli masing-masing. Di kantin, Qayyum memiliki segelas jus strawberry dan Melody memiliki segelas jus mangga.
“Aku jadi makin percaya diri menatap kamu,” kata Qayyum.
“Bagus. Kamu harus percaya diri jika kamu sedang berada di dekatku,” kata Melody.
“Kamu suka lihat aku pakai lensa kontak?” tanya Qayyum.
“Suka,” jawab Melody.
“Aku jadi semakin suka denganmu karena kamu memakai lensa kontak,” Melody memuji Qayyum.
“Beneran?” tanya Qayyum tak percaya.
“Beneran. Aku suka dengan penampilan kamu yang sekarang,” jawab Melody.
“Terima kasih,” balas Qayyum dengan senyum mengembang di bibirnya.
~~~
Dari hari ke hari, Qayyum dan Melody selalu saling bertemu di sekolah dengan perasaan yang sama; saling berbagi kebahagiaan dan kehangatan. Setiap pagi di bis sekolah, Qayyum dan Melody selalu duduk sebangku layaknya sepasang kekasih. Setelah tiba di sekolah, mereka jalan bersama sampai mereka masuk ke dalam ruang kelas XI-IPS1. Saat jam istirahat pertama, hampir setiap saat, mereka selalu bertemu bersama baik di kantin, taman, hingga di perpustakaan. Saat jam istirahat kedua, mereka selalu ke masjid untuk menjalankan ibadah shalat Zuhur dan makan siang bersama di kantin. Sesaat setelah waktu belajar di sekolah selesai, mereka keluar dari kelas secara bersamaan hingga mereka masuk ke dalam bis sekolah secara bersamaan. Kebersamaan Qayyum dan Melody berakhir setelah Qayyum turun dari bis sekolah dan tiba di rumahnya.
~~~
Suatu pagi, Qayyum datang memasuki bis sekolah. Sementara Melody melihat Qayyum masuk ke dalam bis sekolah. Namun Qayyum tidak duduk di sebelah Melody.
“Kenapa Qayyum tidak dari biasanya?” kata Melody dalam hati.
“Kuharap aku tidak akan diganggu Melody. Aku pergi ke sekolah bukan untuk pacaran tapi untuk belajar,” kata Qayyum dalam hati.
Bis sekolah berhenti di parkir bis sekolah. Para murid pun turun dari bis sekolah. Qayyum turun dari bis sekolah lebih dulu diikuti oleh Melody. Qayyum dan Melody berjalan menuju ruang kelas secara terpisah dan tidak saling berdampingan. Lalu Qayyum masuk ke ruang kelas XI-IPS1 lebih dulu diikuti oleh Melody. Setelah Qayyum mendapatkan tempat duduk, Melody pun datang menghampiri Qayyum.
“Qayyum, kamu kenapa cemberut?” tanya Melody yang melihat wajah Qayyum cemberut.
“Aku tidak apa-apa,” jawab Qayyum.
“Kalau kamu tidak ada apa-apa, kenapa kamu cemberut?” tanya Melody lagi.
“Maaf, Mel. Mulai hari ini, aku ingin belajar lebih fokus lagi di sekolah. Kamu juga, kamu harus belajar lebih fokus lagi jika nilai kamu jadi bagus,” Qayyum tidak menjawab tapi memberi nasehat kepada Melody.
“Baiklah. Selamat belajar,” Melody berpesan kepada Qayyum untuk belajar. Lalu Melody pergi dari hadapan Qayyum.
Pada jam istirahat pertama, Melody datang menghampiri Qayyum di kelasnya.
“Qayyum…” sapa Melody. Belum sempat membalas ucapan dari Melody, Qayyum tetap terdiam di bangkunya. Beberapa detik kemudian, Melody bertanya kepada Qayyum.
“Qayyum, kamu kenapa?”
“Aku ingin kamu jangan dekati aku lagi. Aku malu kalau aku didekati gadis secantik kamu,” jawab Qayyum.
“Aku menjadi lemah tak berdaya jika aku didekati kamu. Kecantikanmu sungguh luar biasa. Seolah-olah, aku dibawa ke dunia yang lain yang pastinya dunia itu jauh lebih indah dibandingkan dunia ini. Kamu menyukai aku dengan cara yang berlebihan,” lanjut Qayyum. Lalu Qayyum pergi meninggalkan Melody di ruang kelas XI-IPS1.
“Ada apa dengan Qayyum? Apakah dia jadi cowok pemalu seperti dulu lagi? Atau, apakah dia sudah tidak sayang padaku lagi? Tidak. Aku tidak akan menyerah. Aku akan tetap bertahan untuk mendapatkan Qayyum,” kata Melody dalam hati.
Waktu belajar di sekolah telah usai, Melody kembali menghampiri Qayyum yang masih duduk di bangkunya.
“Qayyum, waktunya kita pulang,” Melody mengajak Qayyum pulang.
“Baiklah,” balas Qayyum singkat. Kemudian Qayyum dan Melody pergi meninggalkan ruang kelas XI-IPS1 untuk pulang.
Setelah Qayyum dan Melody masuk ke dalam bis sekolah, Melody mengajak Qayyum untuk duduk sebangku dengan Qayyum.
“Qayyum, aku mau duduk di sebelah kamu.” Qayyum tidak menjawab dan Qayyum memilih tempat duduk sendiri. Meski begitu, Melody tetap saja mengikuti Qayyum. Dan akhirnya, Melody mendapatkan sebuah tempat duduk yang bersebelahan dengan Qayyum. Meskipun Melody duduk sebangku dengan Qayyum di bis sekolah, Qayyum merasa malu dan tidak senang. Setelah bis sekolah tiba di depan rumah Qayyum, Qayyum melangkah turun dari bis sekolah dengan terburu-buru dan berperasaan malu. Setelah turun dari bis sekolah, Qayyum pun segera masuk ke dalam rumah.
“Qayyum, kamu kenapa?” tanya Ibunda Qayyum yang datang menghampiri Qayyum di ruang tamu.
“Mama, aku malu. Aku malu didekati sama Melody,” jawab Qayyum.
“Kenapa kamu bisa malu kalau kamu didekati sama Melody?”
“Ceritanya panjang. Aku malu didekati sama Melody karena Melody itu gadis yang cantik. Dia sangat menyukai aku. Aku malu melihat wajah dia yang cantik,” cerita Qayyum.
“Qayyum, kamu jangan terlalu malu kalau kamu melihat wajah cantik seperti Melody. Melody itu teman yang baik. Mulai sekarang, kamu jangan malu kalau kamu didekati sama Melody,” Ibunda Qayyum menasehati Qayyum.
“Ma, aku mau ke kamar dulu,” Qayyum berkata kepada Ibunda Qayyum. Kemudian Qayyum pergi meninggalkan Ibunda Qayyum di ruang tamu rumahnya.
“Aku malu sekali kalau aku didekati sama Melody. Aku juga malu kalau aku melihat wajah Melody yang cantik. Aku suka dia karena dia cantik. Hampir setiap hari aku bertemu dengan dia di sekolah. Rasanya berat sekali jika aku melupakan Melody. Dia adalah gadis yang aku puja saat ini. Meskipun aku malu dengan Melody aku tidak mau kehilangan dia karena dia adalah gadis yang sangat menyentuh di hatiku,” Qayyum menceritakan tentang Melody dalam hati. Kemudian HP Qayyum berbunyi. Di layar HP tertulis sebuah panggilan dari Melody.
“Angkat gak ya?” tanya Qayyum dalam hati. Dengan ragu, Qayyum pun mematikan telepon dari Melody. Sementara itu, Melody kecewa karena Qayyum tidak mengangkat teleponnya.
“Kenapa Qayyum tidak mengangkat telepon? Apa Qayyum malu kalau ditelepon aku? Aku telepon lagi,” kata Melody dalam hati. Kemudian Melody kembali menelpon Qayyum. Namun Qayyum tidak mengangkat telepon dari Melody.
“Aku malu sekali ditelepon Melody. Sumpah. Aku tidak menahan rasa malu dengan dia,” kata Qayyum dalam hati setelah ia membatalkan telepon dari Melody. Tak lama setelah itu, Qayyum meninggalkan kamarnya dan turun tangga dari lantai 2. Di ruang tamu, Qayyum ingin meminta sesuatu kepada ibunya yang sedang membaca majalah.
“Ma, besok aku tidak mau sekolah. Aku sangat malu didekati sama Melody,” Qayyum ingin tidak masuk sekolah pada keesokan harinya.
“Qayyum, besok kamu harus sekolah. Kamu tidak boleh malu sama Melody. Melody itu teman yang baik dan dia bukan siapa-siapa,” Ibunda Qayyum menolak keinginan Qayyum untuk tidak sekolah pada keesokan harinya.
“Tapi, Ma…” Qayyum berusaha untuk menerima permintaan dari ibunya.
“Tidak ada tapi-tapian. Besok, kamu harus tetap sekolah. Belajar lebih rajin. Dan kamu jangan terlalu malu kalau kamu didekati sama Melody,” tegas Ibunda Qayyum.
“Baik, Ma…” balas Qayyum singkat.
~~~
Pada keesokan harinya, Qayyum tetap pergi ke sekolah. Di dalam bis sekolah, Melody memanggil Qayyum.
“Qayyum.”
“Apa, Mel?” tanya Qayyum.
“Duduk sini,” Melody meminta Qayyum duduk di sampingnya. Dengan ragu, Qayyum menolak permintaan dari Melody. Dan Qayyum duduk di kursi yang berlainan. Setelah bis sekolah tiba di sekolah, Melody datang menghampiri Qayyum di dalam bis. Lalu Melody turun dari bis sekolah lebih dulu, diikuti oleh Qayyum. Setelah itu, Melody dan Qayyum jalan bersama menuju ruang kelas XI-IPS1. Setelah mereka memasuki ruang kelas XI-IPS1, Melody bertanya kepada Qayyum.
“Qayyum, kenapa kemarin malam, kamu tidak mengangkat telepon dariku?”
“Aku malu ditelepon sama kamu. Sumpah. Aku tidak bisa menahan rasa malu kepadamu,” jawab Qayyum.
“Qayyum, kamu jangan terlalu malu kepadaku. Kalau kamu malu padaku, berarti kamu tidak sayang padaku,” Melody menasehati Qayyum.
Pada jam istirahat pertama, Melody datang menghampiri Qayyum.
“Qayyum, kamu mau tidak makan di kantin sama aku,” Melody membujuk Qayyum untuk makan bersama di kantin.
“Aku tidak mau. Aku mau di sini saja sampai jam istirahat usai,” Qayyum menolak ajakan dari Melody.
“Ya sudahlah. Aku pergi dulu ya,” kata Melody seraya meninggalkan ruang kelas XI-IPS1 untuk pergi ke kantin.
~~~
Dari hari ke hari, Qayyum tidak ingin berurusan dengan Melody kecuali saat mereka saling bertemu di sekolah dan di bis sekolah. Setiap pagi di bis sekolah, Qayyum tidak duduk sebangku dengan Melody. Setelah turun dari bis sekolah menuju sekolah, Qayyum melangkah menuju ruang kelas XI-IPS1 tanpa ditemani Melody. Setiap menjelang jam pelajaran pertama, Qayyum hanya duduk diam di bangku tanpa memperhatikan orang lain termasuk Melody. Setiap jam istirahat pertama tiba, Melody datang menghampiri Qayyum untuk mengajak Qayyum pergi keluar kelas selama jam istirahat pertama, tapi Qayyum menolaknya, Qayyum lebih memilih ditinggal Melody di dalam kelas atau pergi dari ruang kelas tanpa ditemani Melody. Setiap jam istirahat kedua, Qayyum tidak makan siang di kantin bersama Melody. Setiap setelah waktu belajar di sekolah selesai, mereka keluar dari kelas secara bersamaan hingga mereka masuk ke dalam bis sekolah secara bersamaan. Setiap mereka berada di dalam bis sekolah menuju pulang ke rumahnya masing-masing, Qayyum tidak duduk sebangku dengan Melody seperti yang ia lakukan pada pagi hari saat mereka pergi menuju sekolah. Di luar kegiatan sekolah, Qayyum pun melupakan Melody untuk sejenak. Setiap ada panggilan masuk dari Melody, Qayyum membatalkannya. Setiap ada pesan masuk dari Melody, Qayyum tidak membalasnya.
~~~
Dari hari ke hari, Melody tidak kunjung mendapat perhatian dari Qayyum. Segala cara untuk mendekati Qayyum, selalu gagal. Setiap Melody datang menghampiri Qayyum, Qayyum selalu menghindar. Setiap Melody menelepon Qayyum, Qayyum tidak mengangkat teleponnya. Setiap Melody SMS kepada Qayyum, Qayyum tidak membalasnya.
Suatu hari di sekolah, Melody datang menghampiri Qayyum di kelasnya pada jam istirahat pertama.
“Qayyum, ikut aku ke taman,” Melody mengajak Qayyum pergi ke taman sekolah.
“Ada apa?” tanya Qayyum.
“Ayo, ikut ke taman sekarang,” Melody terus membujuk Qayyum. Lalu Melody menahan Qayyum dengan menarik tangannya. Melody menahan Qayyum dari keluar ruang kelas sampai di taman sekolah.
“Mau ngapain kita di sini?” tanya Qayyum.
“Qayyum, aku mau tanya beberapa hal yang penting,” kata Melody.
“Mau apa lagi, Mel?” tanya Qayyum lagi.
“Qayyum, kenapa kamu tidak mau dekatin aku setiap aku ada di sampingmu?” tanya Melody.
“Aku malu didekati sama kamu. Aku tidak bisa menahan rasa malu kepadamu,” jawab Qayyum.
“Qayyum, Qayyum. Aku makin heran saja dengan sifatmu yang sangat pemalu. Akhir-akhir ini, kamu sering merasa tidak peduli kepadaku. Telepon tak diangkat. SMS tak dibalas.  Aku sudah kehilangan kesabaran untuk mendapat perhatian darimu,” kata Melody.
“Tapi, aku ingin kamu sabar untuk mendapat perhatian dariku. Aku masih sayang dan perhatian padamu. Akhir-akhir ini, aku tidak perhatian padamu karena aku malu didekati kamu. Aku malu denganmu karena kamu cantik,” Qayyum meminta Melody bersabar untuk mendapat perhatian dari Qayyum.
“Terima kasih Qayyum. Kau memang sayang dan perhatian padaku. Aku jadi kembali tersenyum setelah mendengar kata-kata darimu. Akhirnya, aku telah mendapat perhatian darimu setelah beberapa lama aku menunggu,” kata Melody.
“Aku jadi malu melihat senyumanmu. Senyumanmu sangat indah,” Qayyum memuji Melody sambil menahan rasa malu karena tidak kuat melihat senyuman Melody yang sangat indah.
“Sudahlah, Qayyum. Kamu jangan terlalu malu melihat aku,” Melody menasehati Qayyum.
“Oh iya. Qayyum, kita kembali ke kelas sekarang. Waktu istirahat hampir selesai,” Melody berkata kepada Qayyum bahwa mereka akan kembali ke ruang kelas XI-IPS1 sebelum waktu istirahat selesai.
“Oke,” balas Qayyum singkat. Kemudian Qayyum dan Melody pergi meninggalkan taman sekolah.

Bersambung…

1 komentar: