Suatu hari di
rumah, Qayyum masuk ke dalam kamarnya sambil membawa kantong plastik berwarna
putih. Dengan segera, Qayyum mengeluarkan sesuatu yang ada dari kantong plastik
berwarna putih. Dan, di dalam kantong plastik berwarna putih berisi lensa
kontak yang dilengkapi dengan kotak kemasan. Kemudian Qayyum mengikuti petunjuk
penggunaan lensa kontak yang tersedia di kotak kemasan. Kemudian Qayyum melepas
kacamatanya dan menggunakan lensa kontak yang dipasang di kedua bola matanya.
“Aku ingin
mengejutkan Melody besok,” kata Qayyum dalam hati sambil bercermin di kaca
lemari kamarnya.
~~~
Keesokan harinya
di sekolah, Qayyum bertemu dengan Melody di bis sekolah. Di bis sekolah, Qayyum
duduk di sebelah Melody. Dan Melody kaget karena Qayyum datang ke bis sekolah
tanpa menggunakan kacamatanya.
“Qayyum, kenapa
kamu tidak pakai kacamata?” tanya Melody tak percaya.
“Coba tebak kamu
pakai apa?” Qayyum tidak menjawab dan balik bertanya kepada Melody.
“Lensa kontak?”
jawab Melody.
“Betul,” Qayyum
menilai jawaban dari Melody benar.
“Lalu kenapa
kamu memakai lensa kontak?” tanya Melody.
“Aku pakai lensa
kontak karena aku ingin melihat kamu dengan jelas tanpa kacamata,” jawab
Qayyum.
“Kamu baca
petunjuk penggunaan sebelum kamu memakai lensa kontak?” tanya Melody lagi.
“Ya,” jawab
Qayyum singkat.
Sesaat setelah
Qayyum dan Melody masuk ke dalam ruang kelas XI-IPS1, murid sekelas Qayyum dan
Melody yang sudah hadir di ruang kelas dikejutkan dengan wajah Qayyum tanpa
kacamatanya.
“Qayyum tidak
pakai kacamata?”tanya Dhike tak percaya.
“Iya. Sekarang
aku pakai lensa kontak,” jawab Qayyum. Kemudian para murid yang sudah datang di
ruang kelas XI-IPS1 berhenti bersontak. Kemudian Qayyum dan Melody melangkah
menuju tempat duduknya masing-masing.
~~~
Pada jam
istirahat pertama, Qayyum dan Melody sedang berada ke kantin untuk mencicipi
minuman yang mereka beli masing-masing. Di kantin, Qayyum memiliki segelas jus
strawberry dan Melody memiliki segelas jus mangga.
“Aku jadi makin
percaya diri menatap kamu,” kata Qayyum.
“Bagus. Kamu
harus percaya diri jika kamu sedang berada di dekatku,” kata Melody.
“Kamu suka lihat
aku pakai lensa kontak?” tanya Qayyum.
“Suka,” jawab
Melody.
“Aku jadi
semakin suka denganmu karena kamu memakai lensa kontak,” Melody memuji Qayyum.
“Beneran?” tanya
Qayyum tak percaya.
“Beneran. Aku
suka dengan penampilan kamu yang sekarang,” jawab Melody.
“Terima kasih,”
balas Qayyum dengan senyum mengembang di bibirnya.
~~~
Dari hari ke
hari, Qayyum dan Melody selalu saling bertemu di sekolah dengan perasaan yang
sama; saling berbagi kebahagiaan dan kehangatan. Setiap pagi di bis sekolah,
Qayyum dan Melody selalu duduk sebangku layaknya sepasang kekasih. Setelah tiba
di sekolah, mereka jalan bersama sampai mereka masuk ke dalam ruang kelas
XI-IPS1. Saat jam istirahat pertama, hampir setiap saat, mereka selalu bertemu
bersama baik di kantin, taman, hingga di perpustakaan. Saat jam istirahat
kedua, mereka selalu ke masjid untuk menjalankan ibadah shalat Zuhur dan makan
siang bersama di kantin. Sesaat setelah waktu belajar di sekolah selesai, mereka
keluar dari kelas secara bersamaan hingga mereka masuk ke dalam bis sekolah
secara bersamaan. Kebersamaan Qayyum dan Melody berakhir setelah Qayyum turun
dari bis sekolah dan tiba di rumahnya.
~~~
Suatu pagi,
Qayyum datang memasuki bis sekolah. Sementara Melody melihat Qayyum masuk ke
dalam bis sekolah. Namun Qayyum tidak duduk di sebelah Melody.
“Kenapa Qayyum
tidak dari biasanya?” kata Melody dalam hati.
“Kuharap aku
tidak akan diganggu Melody. Aku pergi ke sekolah bukan untuk pacaran tapi untuk
belajar,” kata Qayyum dalam hati.
Bis sekolah
berhenti di parkir bis sekolah. Para murid pun turun dari bis sekolah. Qayyum
turun dari bis sekolah lebih dulu diikuti oleh Melody. Qayyum dan Melody
berjalan menuju ruang kelas secara terpisah dan tidak saling berdampingan. Lalu
Qayyum masuk ke ruang kelas XI-IPS1 lebih dulu diikuti oleh Melody. Setelah
Qayyum mendapatkan tempat duduk, Melody pun datang menghampiri Qayyum.
“Qayyum, kamu kenapa
cemberut?” tanya Melody yang melihat wajah Qayyum cemberut.
“Aku tidak
apa-apa,” jawab Qayyum.
“Kalau kamu
tidak ada apa-apa, kenapa kamu cemberut?” tanya Melody lagi.
“Maaf, Mel. Mulai
hari ini, aku ingin belajar lebih fokus lagi di sekolah. Kamu juga, kamu harus
belajar lebih fokus lagi jika nilai kamu jadi bagus,” Qayyum tidak menjawab tapi
memberi nasehat kepada Melody.
“Baiklah.
Selamat belajar,” Melody berpesan kepada Qayyum untuk belajar. Lalu Melody
pergi dari hadapan Qayyum.
Pada jam
istirahat pertama, Melody datang menghampiri Qayyum di kelasnya.
“Qayyum…” sapa
Melody. Belum sempat membalas ucapan dari Melody, Qayyum tetap terdiam di
bangkunya. Beberapa detik kemudian, Melody bertanya kepada Qayyum.
“Qayyum, kamu
kenapa?”
“Aku ingin kamu
jangan dekati aku lagi. Aku malu kalau aku didekati gadis secantik kamu,” jawab
Qayyum.
“Aku menjadi
lemah tak berdaya jika aku didekati kamu. Kecantikanmu sungguh luar biasa. Seolah-olah,
aku dibawa ke dunia yang lain yang pastinya dunia itu jauh lebih indah
dibandingkan dunia ini. Kamu menyukai aku dengan cara yang berlebihan,” lanjut
Qayyum. Lalu Qayyum pergi meninggalkan Melody di ruang kelas XI-IPS1.
“Ada apa dengan
Qayyum? Apakah dia jadi cowok pemalu seperti dulu lagi? Atau, apakah dia sudah
tidak sayang padaku lagi? Tidak. Aku tidak akan menyerah. Aku akan tetap bertahan
untuk mendapatkan Qayyum,” kata Melody dalam hati.
Waktu belajar di
sekolah telah usai, Melody kembali menghampiri Qayyum yang masih duduk di
bangkunya.
“Qayyum, waktunya
kita pulang,” Melody mengajak Qayyum pulang.
“Baiklah,” balas
Qayyum singkat. Kemudian Qayyum dan Melody pergi meninggalkan ruang kelas
XI-IPS1 untuk pulang.
Setelah Qayyum
dan Melody masuk ke dalam bis sekolah, Melody mengajak Qayyum untuk duduk
sebangku dengan Qayyum.
“Qayyum, aku mau
duduk di sebelah kamu.” Qayyum tidak menjawab dan Qayyum memilih tempat duduk
sendiri. Meski begitu, Melody tetap saja mengikuti Qayyum. Dan akhirnya, Melody
mendapatkan sebuah tempat duduk yang bersebelahan dengan Qayyum. Meskipun
Melody duduk sebangku dengan Qayyum di bis sekolah, Qayyum merasa malu dan
tidak senang. Setelah bis sekolah tiba di depan rumah Qayyum, Qayyum melangkah
turun dari bis sekolah dengan terburu-buru dan berperasaan malu. Setelah turun
dari bis sekolah, Qayyum pun segera masuk ke dalam rumah.
“Qayyum, kamu
kenapa?” tanya Ibunda Qayyum yang datang menghampiri Qayyum di ruang tamu.
“Mama, aku malu.
Aku malu didekati sama Melody,” jawab Qayyum.
“Kenapa kamu
bisa malu kalau kamu didekati sama Melody?”
“Ceritanya
panjang. Aku malu didekati sama Melody karena Melody itu gadis yang cantik. Dia
sangat menyukai aku. Aku malu melihat wajah dia yang cantik,” cerita Qayyum.
“Qayyum, kamu
jangan terlalu malu kalau kamu melihat wajah cantik seperti Melody. Melody itu
teman yang baik. Mulai sekarang, kamu jangan malu kalau kamu didekati sama
Melody,” Ibunda Qayyum menasehati Qayyum.
“Ma, aku mau ke
kamar dulu,” Qayyum berkata kepada Ibunda Qayyum. Kemudian Qayyum pergi
meninggalkan Ibunda Qayyum di ruang tamu rumahnya.
“Aku malu sekali
kalau aku didekati sama Melody. Aku juga malu kalau aku melihat wajah Melody
yang cantik. Aku suka dia karena dia cantik. Hampir setiap hari aku bertemu
dengan dia di sekolah. Rasanya berat sekali jika aku melupakan Melody. Dia
adalah gadis yang aku puja saat ini. Meskipun aku malu dengan Melody aku tidak
mau kehilangan dia karena dia adalah gadis yang sangat menyentuh di hatiku,”
Qayyum menceritakan tentang Melody dalam hati. Kemudian HP Qayyum berbunyi. Di
layar HP tertulis sebuah panggilan dari Melody.
“Angkat gak ya?”
tanya Qayyum dalam hati. Dengan ragu, Qayyum pun mematikan telepon dari Melody.
Sementara itu, Melody kecewa karena Qayyum tidak mengangkat teleponnya.
“Kenapa Qayyum
tidak mengangkat telepon? Apa Qayyum malu kalau ditelepon aku? Aku telepon
lagi,” kata Melody dalam hati. Kemudian Melody kembali menelpon Qayyum. Namun
Qayyum tidak mengangkat telepon dari Melody.
“Aku malu sekali
ditelepon Melody. Sumpah. Aku tidak menahan rasa malu dengan dia,” kata Qayyum dalam
hati setelah ia membatalkan telepon dari Melody. Tak lama setelah itu, Qayyum
meninggalkan kamarnya dan turun tangga dari lantai 2. Di ruang tamu, Qayyum
ingin meminta sesuatu kepada ibunya yang sedang membaca majalah.
“Ma, besok aku
tidak mau sekolah. Aku sangat malu didekati sama Melody,” Qayyum ingin tidak
masuk sekolah pada keesokan harinya.
“Qayyum, besok
kamu harus sekolah. Kamu tidak boleh malu sama Melody. Melody itu teman yang
baik dan dia bukan siapa-siapa,” Ibunda Qayyum menolak keinginan Qayyum untuk
tidak sekolah pada keesokan harinya.
“Tapi, Ma…”
Qayyum berusaha untuk menerima permintaan dari ibunya.
“Tidak ada
tapi-tapian. Besok, kamu harus tetap sekolah. Belajar lebih rajin. Dan kamu
jangan terlalu malu kalau kamu didekati sama Melody,” tegas Ibunda Qayyum.
“Baik, Ma…”
balas Qayyum singkat.
~~~
Pada keesokan
harinya, Qayyum tetap pergi ke sekolah. Di dalam bis sekolah, Melody memanggil
Qayyum.
“Qayyum.”
“Apa, Mel?”
tanya Qayyum.
“Duduk sini,”
Melody meminta Qayyum duduk di sampingnya. Dengan ragu, Qayyum menolak
permintaan dari Melody. Dan Qayyum duduk di kursi yang berlainan. Setelah bis
sekolah tiba di sekolah, Melody datang menghampiri Qayyum di dalam bis. Lalu
Melody turun dari bis sekolah lebih dulu, diikuti oleh Qayyum. Setelah itu,
Melody dan Qayyum jalan bersama menuju ruang kelas XI-IPS1. Setelah mereka
memasuki ruang kelas XI-IPS1, Melody bertanya kepada Qayyum.
“Qayyum, kenapa kemarin
malam, kamu tidak mengangkat telepon dariku?”
“Aku malu
ditelepon sama kamu. Sumpah. Aku tidak bisa menahan rasa malu kepadamu,” jawab
Qayyum.
“Qayyum, kamu
jangan terlalu malu kepadaku. Kalau kamu malu padaku, berarti kamu tidak sayang
padaku,” Melody menasehati Qayyum.
Pada jam
istirahat pertama, Melody datang menghampiri Qayyum.
“Qayyum, kamu mau
tidak makan di kantin sama aku,” Melody membujuk Qayyum untuk makan bersama di
kantin.
“Aku tidak mau.
Aku mau di sini saja sampai jam istirahat usai,” Qayyum menolak ajakan dari
Melody.
“Ya sudahlah.
Aku pergi dulu ya,” kata Melody seraya meninggalkan ruang kelas XI-IPS1 untuk
pergi ke kantin.
~~~
Dari hari ke
hari, Qayyum tidak ingin berurusan dengan Melody kecuali saat mereka saling
bertemu di sekolah dan di bis sekolah. Setiap pagi di bis sekolah, Qayyum tidak
duduk sebangku dengan Melody. Setelah turun dari bis sekolah menuju sekolah,
Qayyum melangkah menuju ruang kelas XI-IPS1 tanpa ditemani Melody. Setiap
menjelang jam pelajaran pertama, Qayyum hanya duduk diam di bangku tanpa
memperhatikan orang lain termasuk Melody. Setiap jam istirahat pertama tiba,
Melody datang menghampiri Qayyum untuk mengajak Qayyum pergi keluar kelas
selama jam istirahat pertama, tapi Qayyum menolaknya, Qayyum lebih memilih
ditinggal Melody di dalam kelas atau pergi dari ruang kelas tanpa ditemani
Melody. Setiap jam istirahat kedua, Qayyum tidak makan siang di kantin bersama
Melody. Setiap setelah waktu belajar di sekolah selesai, mereka keluar dari
kelas secara bersamaan hingga mereka masuk ke dalam bis sekolah secara
bersamaan. Setiap mereka berada di dalam bis sekolah menuju pulang ke rumahnya
masing-masing, Qayyum tidak duduk sebangku dengan Melody seperti yang ia
lakukan pada pagi hari saat mereka pergi menuju sekolah. Di luar kegiatan
sekolah, Qayyum pun melupakan Melody untuk sejenak. Setiap ada panggilan masuk
dari Melody, Qayyum membatalkannya. Setiap ada pesan masuk dari Melody, Qayyum
tidak membalasnya.
~~~
Dari hari ke
hari, Melody tidak kunjung mendapat perhatian dari Qayyum. Segala cara untuk
mendekati Qayyum, selalu gagal. Setiap Melody datang menghampiri Qayyum, Qayyum
selalu menghindar. Setiap Melody menelepon Qayyum, Qayyum tidak mengangkat
teleponnya. Setiap Melody SMS kepada Qayyum, Qayyum tidak membalasnya.
Suatu hari di
sekolah, Melody datang menghampiri Qayyum di kelasnya pada jam istirahat
pertama.
“Qayyum, ikut
aku ke taman,” Melody mengajak Qayyum pergi ke taman sekolah.
“Ada apa?” tanya
Qayyum.
“Ayo, ikut ke
taman sekarang,” Melody terus membujuk Qayyum. Lalu Melody menahan Qayyum
dengan menarik tangannya. Melody menahan Qayyum dari keluar ruang kelas sampai
di taman sekolah.
“Mau ngapain
kita di sini?” tanya Qayyum.
“Qayyum, aku mau
tanya beberapa hal yang penting,” kata Melody.
“Mau apa lagi,
Mel?” tanya Qayyum lagi.
“Qayyum, kenapa
kamu tidak mau dekatin aku setiap aku ada di sampingmu?” tanya Melody.
“Aku malu
didekati sama kamu. Aku tidak bisa menahan rasa malu kepadamu,” jawab Qayyum.
“Qayyum, Qayyum.
Aku makin heran saja dengan sifatmu yang sangat pemalu. Akhir-akhir ini, kamu sering
merasa tidak peduli kepadaku. Telepon tak diangkat. SMS tak dibalas. Aku sudah kehilangan kesabaran untuk mendapat
perhatian darimu,” kata Melody.
“Tapi, aku ingin
kamu sabar untuk mendapat perhatian dariku. Aku masih sayang dan perhatian
padamu. Akhir-akhir ini, aku tidak perhatian padamu karena aku malu didekati
kamu. Aku malu denganmu karena kamu cantik,” Qayyum meminta Melody bersabar
untuk mendapat perhatian dari Qayyum.
“Terima kasih
Qayyum. Kau memang sayang dan perhatian padaku. Aku jadi kembali tersenyum
setelah mendengar kata-kata darimu. Akhirnya, aku telah mendapat perhatian
darimu setelah beberapa lama aku menunggu,” kata Melody.
“Aku jadi malu melihat
senyumanmu. Senyumanmu sangat indah,” Qayyum memuji Melody sambil menahan rasa malu
karena tidak kuat melihat senyuman Melody yang sangat indah.
“Sudahlah,
Qayyum. Kamu jangan terlalu malu melihat aku,” Melody menasehati Qayyum.
“Oh iya. Qayyum,
kita kembali ke kelas sekarang. Waktu istirahat hampir selesai,” Melody berkata
kepada Qayyum bahwa mereka akan kembali ke ruang kelas XI-IPS1 sebelum waktu
istirahat selesai.
“Oke,” balas
Qayyum singkat. Kemudian Qayyum dan Melody pergi meninggalkan taman sekolah.
Bersambung…
DAFTAR ID GRATIS SABUNG AYAM ONLINE
BalasHapus