Sabtu, 27 September 2014

Cinta Sahabat Lama


Suatu hari di SMA swasta di Jakarta, kedatangan seorang siswi SMA dengan seragam putih-abu-abu. Namanya Anggie. Dia adalah siswi kelas XI-IPS yang pindah sekolah dari Surabaya. Cantik, berkulit putih, dan berambut panjang hitam berkilau.
Di saat Anggie berjalan di koridor sekolah, Anggie menabrak seorang lelaki SMA menggunakan seragam sekolah. Seragam sekolah tersebut terdiri dari jas berwarna merah, kemeja lengan panjang berwarna putih, dasi berwarna hitam, dan celana panjang berwarna merah untuk siswa laki-laki.
“Maaf,” Anggie meminta maaf kepada lelaki SMA. Kemudian lelaki itu bangkit berdiri setelah terjatuh di koridor.
“Kamu murid pindahan bukan? Soalnya, seragam sekolah kamu beda dengan seragam sekolah aku,” tanya lelaki itu.
“Aku murid pindahan dari Surabaya. Sekarang aku duduk di bangku kelas XI-IPS. Nama kamu siapa?” Anggie menjawab kemudian bertanya.
“Namaku Qayyum. Aku siswa kelas XI-IPS1,” jawab lelaki itu.
“Abdul Qayyum Ahmad, bukan? Soalnya aku pernah satu SD dengan kamu. Aku sering satu kelas sama kamu,” tanya Anggie sambil bercerita kepada Qayyum.
“Ya, aku Abdul Qayyum Ahmad. Aku teman SD kamu. Nama kamu siapa?” Qayyum menjawab kemudian bertanya.
“Aku Anggie. Anggie Putri Kurniasari. Kamu masih ingat ‘kan sama aku?” Anggie menjawab kemudian bertanya.
“Aku hanya ingat nama kamu. Sebelum aku pergi ke ruang kelasku, aku kasih kartu nama ini untuk kamu,” jawab Qayyum sambil menyerahkan kartu nama kepada Anggie.
“Terima kasih Qayyum, sekarang aku mau ke ruang kepala sekolah untuk wawancara,” kata Anggie sebelum pamit ke ruang kepala sekolah untuk wawancara siswi baru.
“Sama-sama. Aku juga harus pergi ke ruang kelasku. Sampai ketemu nanti,” balas Qayyum. Kemudian Anggie dan Qayyum pergi meninggalkan koridor secara terpisah.
~~~
Di ruang kelas XI-IPS1, Pak Rizal, guru kelas mereka, memberi pengumuman kepada seluruh murid kelas XI-IPS1.
“Sebelum kita memulai pelajaran hari ini, kita akan memperkenalkan murid baru kita di kelas ini,” kata Pak Rizal. Kemudian seorang siswi baru memasuki ruang kelas XI-IPS1.
“Nama saya Anggie Putri Kurniasari. Panggil saya Anggie. Saya siswi pindahan dari salah satu SMA swasta di Surabaya,” Anggie memperkenalkan diri kepada seluruh murid kelas XI-IPS1 dengan balutan seragam sekolah barunya yang terdiri dari jas berwarna merah, kemeja lengan panjang berwarna putih, pita lebar berwarna hitam, dan rok pendek berwarna merah. Kemudian para murid kelas XI-IPS1 menyambut kedatangan Anggie dengan bertepuk tangan.
“Aku tidak percaya Anggie bisa sekelas denganku,” kata Qayyum dalam hati.
“Anggie, kamu duduk di barisan-barisan tengah, di sana masih ada bangku kosong,” perintah Pak Rizal kepada Anggie. Anggie bergegas mencari bangku yang kosong di barisan-barisan tengah kursi siswa dan Anggie menemukannya tepatnya di samping kiri Qayyum duduk. Lalu Anggie duduk di bangku itu dan menyapa Qayyum.
“Qayyum,” sapa Anggie.
“Hai Anggie. Aku senang kamu bisa sekelas denganku lagi,” Qayyum membalas ucapan dari Anggie.
“Terima kasih. Aku juga senang kita bisa sekelas lagi,” balas Anggie singkat.
~~~
Pada jam istirahat, Qayyum dan Anggie berbicara di taman sekolah.
“Qayyum, apa kabar?” tanya Anggie.
“Baik. Kamu?” Qayyum menjawab kemudian bertanya.
“Baik, Alhamdulillah,” jawab Anggie.
“Lalu kenapa kamu balik ke Jakarta seperti sekarang ini?” tanya Qayyum.
“Karena masa kerja papa aku di Surabaya sudah selesai. Sekarang papa aku kerja di Jakarta lagi dan keluargaku tinggal di Jakarta lagi. Rasanya seperti mudik lebaran,” jawab Anggie.
“Aku pernah merasakan mudik lebaran. Lebaran kemarin, aku mudik ke Talang bersama keluargaku,” cerita Qayyum.
“Selama aku tinggal di Surabaya selama 5 tahun, aku selalu mudik lebaran ke rumahku di Jakarta,” cerita Anggie.
“Nomor HP kamu berapa? Soalnya kita belum pernah berkomunikasi melalui HP,” Qayyum meminta nomor HP milik Anggie.
“Aku akan menelponmu dengan membaca nomor HP kamu di kartu nama kamu,” kata Anggie. Lalu Anggie menelpon Qayyum dengan membaca nomor HP Qayyum di kartu nama Qayyum. Dan HP Qayyum berdering dengan ringtone lagu dari JKT48 yang berjudul RIVER.
“Nomor HP aku sudah ada di HP kamu. Tinggal disimpan saja nomor aku,” Anggie memberi petunjuk kepada Qayyum.
“Terima kasih,” balas Qayyum singkat.
Setelah waktu belajar di sekolah selesai, Qayyum bergegas menuju parkir mobil dan pulang dengan mengendarai city car-nya. Sebelum Qayyum memasuki mobil, Qayyum melihat wajah Anggie dari jarak yang tidak berjauhan.
“Anggie!” Qayyum memanggil Anggie.
“Qayyum, kenapa kamu ada di sini?” tanya Anggie yang tidak menyangka bisa bertemu dengan Qayyum di parkir sekolah.
“Aku mau pulang karena aku bawa mobil,” jawab Qayyum.
“Aku juga mau pulang karena aku juga bawa mobil,” Anggie berkata serupa dengan Qayyum.
“Sejak kapan kamu bawa mobil?” tanya Qayyum.
“Dua tahun yang lalu waktu aku masih tinggal di Surabaya,” jawab Anggie.
“Hebat, Anggie. Masih muda sudah bisa bawa mobil,” Qayyum memuji Anggie.
“Sama-sama. Kita akan bertemu lagi pada esok hari di sekolah itu. Semoga harimu menyenangkan,” pesan Anggie. Kemudian Qayyum dan Anggie memasuki mobil miliknya masing-masing.
~~~
Pada malam hari, HP Qayyum berdering dengan ringtone lagu dari JKT48 yang berjudul RIVER. Dengan segera, Qayyum mengambil HP-nya lalu mengangkat teleponnya. Dan, seseorang yang menelpon Qayyum adalah Anggie.
“Halo Qayyum,” Anggie menyapa Qayyum melalui telepon.
“Halo Anggie,” Qayyum membalas sapaan dari Anggie.
“Qayyum, kamu lagi ngapain?” tanya Anggie.
“Aku lagi duduk di lantai 2. Kamu?” Qayyum menjawab kemudian bertanya.
“Aku lagi nelpon kamu,” jawab Anggie.
“Besok, kamu pasti masuk sekolah ‘kan?” tanya Qayyum.
“Iya. Besok, aku pasti akan sekolah,” jawab Anggie.
“Kamu ingat tidak waktu kamu pernah ngobatin luka aku di lutut kiri waktu kelas 4 SD?” tanya Qayyum sambil mengenang masa-masa SD-nya bersama Anggie.
“Aku ingat. Pas kamu terjatuh saat mengikuti pelajaran olahraga, lutut kamu berdarah dan aku bawa kamu ke UKS untuk mengobati lukamu,” jawab Anggie sambil bercerita kepada Qayyum.
“Kamu ingat tidak waktu aku pernah tidak mengganti seragam olahraga waktu kita kelas 3 SD?” tanya Qayyum lagi.
“Aku ingat. Sampai-sampai aku sempat heran mengapa kamu tidak mengganti seragam olahraga. Mata pelajaran olahraga sudah selesai, tapi hanya kamu saja yang tidak mengganti seragam,” jawab Anggie.
“Selamat malam, Anggie. Besok kita ketemuan di sekolah lagi,” kata Qayyum.
“Sama-sama,” balas Anggie singkat. Kemudian Anggie mematikan telepon dari Qayyum. Sementara itu, Melody, kakak Qayyum, datang menghampiri Qayyum yang baru saja selesai telepon.
“Qayyum, kamu habis telepon sama siapa?” tanya Melody.
“Anggie, kak. Teman SD aku. Kakak ingat?” Qayyum menjawab kemudian bertanya.
“Kakak ingat. Waktu itu, kakak pernah ketemu Anggie di kelas kamu dan kamu sering cerita tentang dia ke kakak,” jawab Melody sambil bercerita kepada Qayyum.
“Sekarang dia satu SMA denganku bahkan sekelas. Dia baru saja pindah sekolah dari Surabaya ke sekolahku saat ini,” Qayyum menceritakan kepada Melody tentang keberadaan Anggie saat ini.
“Lalu kenapa dia pindah sekolah dari Surabaya?” tanya Melody.
“Papanya Anggie sudah selesai masa dinasnya di Surabaya selama 5 tahun. Kini, keluarga Anggie tinggal di Jakarta lagi dan sekolah di Jakarta,” jawab Qayyum.
“Papanya Anggie dinas apa?”
“Dinas di bidang properti. Dia bangun sebuah perumahan di Surabaya.”
“Oh begitu. Kalau begitu, aku mau selesaiin novel aku dulu ya,” kata Melody sebelum pergi meninggalkan Qayyum.
~~~
Esok pagi di parkir sekolah, Qayyum memarkir mobilnya dan keluar dari mobilnya. Beberapa saat setelah Qayyum keluar dari mobilnya, Anggie datang menyapa Qayyum yang sudah dulu tiba di parkir sekolah.
“Pagi Qayyum,” sapa Anggie.
“Pagi Anggie,” Qayyum membalas sapaan dari Anggie.
“Akhirnya kita bisa ketemu lagi di sekolah ini,” Anggie merasa senang karena bisa bertemu kembali dengan Qayyum di sekolah.
“Sama-sama,” kata Qayyum sambil berjalan menuju sekolah bersama Anggie.
Pada jam istirahat pertama, Anggie datang menghampiri Qayyum di kelas.
“Qayyum,” sapa Anggie.
“Anggie,” sapa Qayyum.
“Qayyum, kamu mau gak makan bareng aku?” Anggie membujuk Qayyum.
“Qayyum!” Manda datang menghampiri Qayyum dengan cara yang mengejutkan. Manda adalah teman sekelas Qayyum di kelas XI-IPS1. Manda dikenal sebagai gadis cantik di kelasnya dan ramah kepada murid laki-laki termasuk Qayyum.
“Ada apa Manda?” tanya Qayyum.
“Qayyum, kamu mau gak ke kantin sama aku?” Manda membujuk Qayyum.
“Aduh, aku bingung. Aku mau diajak makan sama siapa? Anggie? Atau Manda?” pikir Qayyum.
“Qayyum, jadi nggak makan ke kantin sama aku? Kalau kamu nggak mau, aku bisa ke kantin sama cowok lain,” tegas Manda.
“Silahkan, kalau itu maumu. Aku juga bisa ke kantin sama cewek lain seperti Anggie,” jawab Qayyum. Kemudian Qayyum dan Anggie berjalan meninggalkan ruang kelas XI-IPS1.
“Anggie, kamu cemburu kalau aku sedang dekat dengan cewek lain?” tanya Qayyum.
“Nggak,” jawab Anggie.
“Yakin?” tanya Qayyum tak percaya.
“Nggak lah! Masa’ aku cemburu setiap kamu dekat dengan cewek lain,” jawab Anggie dengan wajah riang.
“Kalau kamu cemburu beneran, gimana?” tanya Qayyum.
“Yang pasti, aku jadi sakit hati,” jawab Anggie.
Sesaat setelah waktu belajar di sekolah selesai, Manda datang menghampiri Qayyum yang masih duduk di bangkunya.
“Qayyum, kenapa kamu begitu dekat dengan Anggie?” tanya Manda.
“Kita ceritain di luar saja,” Qayyum tidak menjawab tapi dia akan bercerita dengan Manda di luar ruang kelas.
“Aku dekat sama Anggie karena dia adalah sahabat aku sejak SD dan sudah saling kenal sejak kelas 1 SD. Persahabatan aku dengan dia sempat terputus sejak kelas 5 SD di mana Anggie pindah sekolah dan tempat tinggal ke Surabaya karena papanya Anggie dinas di sana. Tapi sekarang, Anggie sudah balik ke Jakarta dan satu SMA denganku sehingga persahabatan aku dan dia kembali tersambung,” Qayyum bercerita kepada Manda di taman sekolah.
“Oh begitu. Papanya Anggie dinas apa?” tanya Manda.
“Dinas di bidang properti. Dia bangun sebuah perumahan di Surabaya,” jawab Qayyum.
“Qayyum, aku pulang dulu. Besok kita ketemuan lagi di sekolah,” Manda pamit.
“Sama-sama,” balas Qayyum. Lalu Qayyum pergi meninggalkan taman sekolah.
Di parkir sekolah, Anggie menunggu Qayyum yang belum tiba di parkir sekolah. Beberapa saat kemudian, Qayyum datang di parkir sekolah.
“Qayyum, kamu dari mana saja sih?” tanya Anggie.
“Aku tadi ngobrol sama Manda di taman. Urusannya mendadak,” jawab Qayyum.
“Harusnya kamu bilang ke aku kalau kamu ada urusan lain,” kata Anggie dengan rasa menyesal.
“Maaf Anggie. Tadi aku gak sempat bilang ke kamu. Sekali lagi maaf,” Qayyum berusaha meminta maaf kepada Anggie tapi Anggie pergi meninggalkan Qayyum begitu saja. Qayyum tidak menyerah. Qayyum berusaha mengejar Anggie sampai Anggie masuk ke dalam mobilnya. Namun mobil Anggie pergi meninggalkan parkir sekolah tanpa menoleh kepada Qayyum. Qayyum merasa kecewa karena ia tidak sempat bermaafan dengan Anggie.
~~~
Pada malam hari, Qayyum menelpon Anggie. Di saat yang bersamaan, Anggie sedang menonton televisi di rumahnya. Sesaat dering HP Anggie berbunyi, Anggie mengambil HP-nya dan membaca siapa yang menelpon Anggie. Dan, yang menelpon Anggie adalah Qayyum. Dengan segera, Anggie menangkat telepon dari Qayyum.
“Halo,” sapa Anggie.
“Anggie, aku mau minta maaf. Aku telah membuat kamu menyesal. Di sekolah tadi, aku gak sempat bilang ke kamu di mana aku ada urusan kecil dengan Manda. Hubungan aku dengan Manda hanya teman biasa saja. Jadi jangan dibuat serius,” Qayyum berusaha meminta maaf dengan Anggie.
“Iya, aku maafin. Lain kali, kalau kamu ada urusan dengan orang lain, lebih baik kamu kasih kabar ke aku,” Anggie menerima permintaan maaf dari Qayyum.
“Sampai ketemu besok,” kata Qayyum. Kemudian Qayyum mematikan telepon dari Anggie.
Pada keesokan hari, tepatnya pada jam istirahat pertama, Manda datang menghampiri Qayyum di ruang kelas.
“Qayyum, kamu mau gak makan di kantin sama aku?” Manda membujuk Qayyum.
“Mau. Tapi aku mau bilang ke Anggie dulu,” Qayyum menerima bujukan dari Manda tapi Qayyum memberitahu kepada Anggie terlebih dahulu.
“Anggie, aku mau ke kantin dulu sama Manda. Kamu tidak apa-apa ‘kan?” Qayyum memberitahu kepada Anggie sambil bertanya.
“Aku tidak apa-apa,” jawab Anggie. Kemudian Qayyum dan Manda pergi meninggalkan ruang kelas.
“Kenapa Qayyum jadi akrab dengan Manda ya? Apa jangan-jangan dia lebih memilih Manda daripada aku? Sebenarnya aku cantik dan aku layak jadi pacar Qayyum,” kata Anggie dalam hati.
“Qayyum, menurut kamu siapa siswi kelas XI-IPS1 yang paling cantik?” tanya Manda saat memulai perbincangan dengan Qayyum di kantin.
“Hampir seluruh siswi kelas XI-IPS1 itu cantik. Termasuk kamu,” jawab Qayyum.
“Terima kasih,” Manda berterima kasih kepada Qayyum.
“Menurut kamu, siapa cowok di kelas XI-IPS1 yang paling ganteng?” tanya Qayyum.
“Yang pasti kamu,” jawab Manda.
Sementara itu, Anggie hanya terduduk lesu di taman sekolah pada jam istirahat pertama. Wajahnya terlihat musam dan tubuhnya melemas. Beberapa saat kemudian, Chika, teman sekelas Anggie di kelas XI-IPS1, datang menghampiri Anggie.
“Anggie, kamu kenapa diam? Wajahmu pucat,” tanya Chika sambil memperhatikan Anggie.
“Qayyum…” jawab Anggie belum selesai bicara.
“Qayyum kenapa?” tanya Chika lagi.
“Qayyum. Dia dekat sekali dengan Manda. Aku cemburu setiap dia dekat dengannya,” jawab Anggie dengan rasa menyesal.
“Anggie, kamu tidak usah cemburu. Ini hanya sementara. Qayyum dekat dengan Manda karena mereka satu kelas. Kita juga sekelas dengan mereka,” kata Chika.
~~~
Dari hari ke hari, Qayyum sangat akrab dengan Manda di sekolah. Keakraban Qayyum dan Manda membuatnya banyak teman-teman sekelasnya cemburu termasuk Anggie.
Suatu hari setelah waktu belajar di sekolah selesai, Anggie semakin kesal karena ia tahu bahwa Qayyum akan mengantar Manda pulang ke rumahnya.
“Yum, kamu bisa ‘kan antar aku pulang?” Manda meminta Qayyum.
“Bisa dong,” Qayyum menerima permintaan dari Manda. Di sisi lain, Anggie kesal. Tak tahan melihat kedekatan Qayyum dengan Manda, Anggie langsung pergi meninggalkan ruang kelas XI-IPS1 tanpa sepengetahuan Qayyum. Di saat Anggie pergi meninggalkan ruang kelas, Qayyum hanya terdiam sejenak hingga Manda kembali bertanya kepada Qayyum.
“Qayyum, kamu kenapa?”
“Perasaan aku kenal siapa yang pergi dari kelas secara mendadak,” kata Qayyum dalam hati.
“Qayyum! Kamu kenapa!?” tanya Manda agak panik.
“Tidak ada apa-apa. Kalau begitu kita pulang,” Qayyum mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Kemudian Qayyum dan Manda meninggalkan ruang kelas XI-IPS1.
Sementara itu, di parkir sekolah, Anggie masuk ke dalam mobilnya dengan perasaan penuh sesal. Kemudian ia mengendarai mobilnya dengan cepat dari parkir sekolah. Hingga akhirnya, mobil yang dikendarai Anggie menabrak pohon dan Anggie mengalami benturan di kepala setelah kepalanya terbentur dengan setir mobil.
Sementara itu, Manda tiba di rumahnya setelah diantar pulang oleh Qayyum.
“Terima kasih, Qayyum. Kamu telah mengantar aku pulang,” Manda berterima kasih kepada Qayyum.
“Sama-sama. Kamu mau ‘kan jadi pacar aku?” balas Manda sambil bertanya kepada Qayyum. Kemudian HP Qayyum berbunyi.
“Halo,” Qayyum memulai perbincangan dengan seseorang melalui telepon.
“Qayyum, ini mamanya Anggie. Saya mau kasih kabar ke kamu kalau Anggie saat ini dirawat di rumah sakit karena kecelakaan,” Ibunda Anggie memberi kabar tentang Anggie kepada Qayyum.
“Lalu, bagaimana keadaan Anggie saat ini?” Qayyum bertanya kepada Ibunda Anggie.
“Saat ini Anggie masih koma. Dia mengalami gegar otak di kepala,” jawab Ibunda Anggie.
“Tante, Anggie sekarang dirawat di mana?” tanya Qayyum.
“Anggie sekarang dirawat di Rumah Sakit ***,” jawab Ibunda Anggie.
“Terima kasih Tante. Saya akan segera ke sana,” kata Qayyum.
“Manda, aku mau ke RS ***. Anggie kecelakaan dan dia sedang dirawat di sana. Saat ini, keadaan dia koma,” Qayyum memberi kabar tentang Anggie kepada Manda.
“Aku juga ikut ke rumah sakit tapi aku mau minta izin ke mama aku dulu,” Manda akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Anggie tapi Manda meminta izin kepada ibunya terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian, Manda datang menghampiri Qayyum yang ada di depan rumah Manda.
“Qayyum, nanti sore aku mau ke rumah sakit. Kamu duluan aja,” Manda memberitahu kepada Qayyum.
“Iya. Nggak apa-apa,” balas Qayyum. Kemudian Qayyum pergi dengan mengendarai mobilnya.
~~~~
Setelah Qayyum tiba di rumah sakit, ia bergegas memasuki kamar pasien dimana Anggie dirawat. Di dalam kamar pasien, Qayyum melihat Anggie yang kondisinya sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Kepala Anggie dilingkari dengan perban dan salah satu tangannya diinfus. Di kamar pasien, tidak hanya Qayyum yang datang menjenguk Anggie tapi juga Ibunda Anggie. Saat tiba di kamar pasien, Qayyum bersalaman dengan Ibunda Anggie sambil mencium tangan Ibunda Anggie. Satu jam berlalu, Qayyum meninggalkan kamar pasien. Sebelum meninggalkan kamar pasien, Qayyum berpamitan dengan Ibunda Anggie dengan bersalaman dan mencium tangan.
~~~
Tiga minggu kemudian…
Setelah kurang lebih tiga minggu Anggie dirawat di rumah sakit, akhirnya Anggie diperbolehkan meninggalkan rumah sakit setelah sembuh total dari gegar otak yang dideritanya karena kecelakaan. Keesokan harinya, Anggie sudah kembali bersekolah.
“Halo Qayyum!” sapa Anggie saat melihat Qayyum yang baru saja keluar dari mobilnya di parkir sekolah.
“Anggie, kamu sudah kembali,” kata Qayyum saat melihat Anggie yang pertama kali masuk sekolah setelah kecelakaan.
“Aku sudah kembali Qayyum,” kata Anggie dengan rasa bersungguh-sungguh.
“Kalau begitu kita ke kelas,” kata Qayyum. Kemudian Qayyum dan Anggie berjalan meninggalkan parkir sekolah.
~~~
Sepuluh bulan kemudian…
Sepuluh bulan berlalu, Qayyum dan Anggie sudah melewati usia 17 tahun dan duduk di bangku kelas XII-IPS. Persahabatan sepasang manusia ini tetap terjaga sampai mereka kembali satu kelas di kelas XII-IPS1. Suatu hari, Qayyum dan Anggie bertemu di kafe.
“Anggie, kamu mau ‘kan jadi pacar aku?” tanya Qayyum.
“Kamu serius?” tanya Anggie tak percaya.
“Aku serius, Ggie… Aku dan kamu sudah sahabatan sejak SD, jadi kamu mau ‘kan menerima cintaku padamu?” kata Qayyum dengan rasa bersungguh-sungguh.
“Aku mau jadi pacarmu. Kamu memang jodoh yang paling tepat bagiku,” jawab Anggie setuju.
“Yes, akhirnya kita berjodoh setelah sekian lama kita bersahabat,” kata Qayyum gembira.

SELESAI

1 komentar: